MENENGOK MUSEUM GULA JAWA TENGAH
Museum Gula Jawa Tengah adalah
sebuah museum yang terletak di area Pabrik Gula Gondang Winangun Klaten. Museum
tersebut adalah museum gula satu-satunya di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Selain sebagai tempat menyimpan barang-barang bersejarah dalam industri gula,
museum ini juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat tentang
sejarah panjang industri gula di Indonesia.
Menurut sejarahnya Museum Gula Jawa
Tengah didirikan pada tanggal 11 September 1982 yang diprakarsai oleh Bapak
Soepardjo Roestam selaku Gubernur Jawa Tengah dan Bapak Ir. Waryatmo selaku
Direktur Utama PTP XV-XVI. Museum tersebut dibangun dalam rangka menyambut kongres
internasional ISSCT XIX yang anggotanya terdiri dari ahli gula dari seluruh
dunia yang diselenggarakan di Pasuruan pada tanggal 26 Agustus 1986. Museum
yang menyimpan alat-alat bersejarah dalam industri gula tersebut didirikan
disebuah gedung bekas rumah dinas karyawan PG Gondang Winangun yang berada
disebelah barat pabrik.
Didalam area museum terbagi kedalam
beberapa bagian, diantaranya: ruang pameran tetap, perpustakaan, lavatory, dan
mushola serta dilengkapi dengan auditorium disisi barat. Dihalaman Museum Gula
Gondang Winangun terdapat beberapa bekas alat giling tebu dan lokomotif uap
yang dahulu digunakan untuk menarik lori dari ladang tebu ke pabrik. Lokomotif
yang paling terkenal disana adalah lokomotif Simbah. Loko uap Simbah merupakan
lokomotif buatan Jerman yang dibuat pada tahun 1818. Dahulu lokomotif tersebut
digunakan untuk menarik angkutan tetes tebu dari pabrik ke Stasiun Srowot yang
kemudian didistribusikan ke Semarang atau Surabaya.
Selain lokomotif Simbah yang merupakan
lokomotif tertua di Pabrik Gula Gondang Winangun, Museum Gula Jawa Tengah juga
memiliki koleksi unik lainnya yakni replika Draisine. Draisine adalah sebuah
alat transportasi dengan media rel. Alat tersebut pertama kali diciptakan oleh
warga Jerman bernama Baron Karl Cristian Ludwig Drais Von Sauerbronn pada tahun
1817. Pabrik Gula Gondang Winangun sendiri mulai menggunakan Draisine pada
tahun 1890-an hingga akhir tahun 1980-an. Draisine di PG Gondang Winangun digunakan
untuk mengecek perkebunan tebu serta untuk mengecek kelayakan railban yang
digunakan untuk jalan kereta lori pengangkut tebu.
Diorama
Penggilingan Tebu Tradisional
Usia
Museum Gula Jawa Tengah yang telah mencapai 33 tahun tak lantas menjadikannya
eksis ditengah-tengah masyarakat. Bangunannya yang sudah tua dan rusak
menjadikan museum tersebut terkesan tak terawat. Selain itu banyaknya alat
peraga yang rusak serta penataan koleksi museum yang kurang atraktif menjadikan
masyarakat malas untuk mengunjungi museum ini. Bahkan suasana didalam museum
pun cenderung angker karena banyaknya lampu yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya yang memunculkan kesan menakutkan.
Tak
sampai disitu, kondisi ruang perpustakaan museum pun juga sangat
memprihatinkan. Banyak koleksi buku yang tidak ditata sebagaimana mestinya.
Bahkan ruang perpustakaan pun terkesan kotor karenan banyaknya debu. Dibutuhkan
sebuah manajemen yang tepat dari pihak terkait untuk mengelola Museum Gula Jawa
Tengah agar menjadi museum yang menarik untuk dikunjungi bagi masyarakat. Sehingga tujuan pendirian museum sebagai
sarana edukasi dan penelitian industri
gula pun dapat tercapai.
Halaman Depan
Museum Gula Jawa Tengah
Replika Draisine
Alat Giling Tebu
Lokomotif Simbah
Lokomotif Diesel
Ajax
Lokomotif Uap di
Halaman Museum
Diorama Ruang
Kerja Administrateur Pabrik Gula
Tidak ada komentar:
Posting Komentar