Rabu, 19 Juli 2017

PABRIK GULA BANTUL
JEJAKMU KINI

          Pabrik Gula Bantul adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Bantul Yogyakarta. Tak banyak orang yang tahu mengenai keberadaan pabrik gula ini. Hal tersebut dikarenakan memang lokasi bekas berdirinya pabrik gula tersebut telah berubah menjadi perkampungan masayarakat dan tak meninggalkan jejak sama sekali.
            Lokasi keberadaan Pabrik Gula Bantul berada tak jauh dari bekas bangunan Stasiun Bantul non aktif. Stasiun tersebut merupakan percabangan dari Stasiun Yogyakarta menuju Sewugalur yang aktif melayani penumpang dimasa kolonial Hindia Belanda hingga decade 1970-an. Keberadaan Stasiun Bantul pada masa itu berfungsi untuk mendukung aktifitas pabrik gula seperti angkutan hasil gula dan tetes tebu maupun barang-barang lain yang bersangkutan dengan operasional pabrik. Bekas jalur percabangan kereta api menuju PG Bantulpun saat ini sudah tidak berbekas sama sekali karena telah berubah menjadi jalan raya.
            Belum banyak sumber sejarah yang mengulas mengenai Pabrik Gula Bantul ini. Termasuk tahun tepatnya berdiri dan kapan pabrik ini bangkrut atau tutup. Saat ini satu-satunya petunjuk mengenai lokasi dan keberadaan Pabrik Gula Bantul hanya bisa dilihat dari dokumentasi foto dan peta peninggalan pemerintah Hindia Belanda.


Peta Lokasi Pabrik Gula Bantul
Sumber: kitlv.nl

Aktivitas di Pabrik Gula Bantul Tahun 1900
Sumber: kitlv.nl

Lokomotif dan Gerbong di Emplasemen Pabrik Gula Bantul Tahun 1898
Sumber: kitlv.nl


Stasiun Bantul (Non Aktif)
            





PABRIK-PABRIK GULA DI TANAH MATARAM YOGYAKARTA

          Jogjakarta sebagai salah satu propinsi di Indonesia yang terkenal dengan julukan Kota Pelajar dan Kota Budaya ternyata menyimpan banyak sejarah masa lalu yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum atau bahkan masyarakat Jogjakarta itu sendiri. Salah satu sejarah yang luput dari pandangan publik yakni mengenai sejarah perkembangan industri gula di propinsi tersebut.
Mungkin sebagian besar masyarakat Yogyakarta jika ditanya pabrik gula apa yang pernah berdiri di wilayah Yogyakarta?, mereka pasti akan menjawab Pabrik Gula Madukismo. Jawaban tersebut kurang tepat namun bisa dimaklumi. Kurang tepat karena jumlah pabrik gula yang pernah berdiri di wilayah Yogyakarta sebenarnya berjumlah 19 pabrik. Akan tetapi saat ini dari 19 pabrik gula tersebut hanya satu pabrik gula saja yang masih aktif memproduksi gula, yakni PG Madukismo baru. Itulah alasan mengapa masyarakat Yogyakarta hanya mengetahui PG Madukismo sebagai satu-satunya pabrik gula yang pernah berdiri diwilayah Jogja.
Perkembangan industri gula di Yogyakarta dimulai pada tahun 1870-an dimana pemerintah Hindia Belanda mulai mengesahkan Agrarische Wet dimana adanya keterbukaan pihak swasta bagi perekonomian kolonial. Melalui undang-undang tersebut banyak pengusaha swasta yang melakukan penanaman modal diwilayah Hindia Belanda. Penanaman modal tersebut sebagian besar dilakukan disektor pertanian dan perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dipasar internasional. Wilayah Surakarta dan Yogyakarta yang memiliki tanah yang subur ikut menikmati perkembangan industri perkebunan tersebut dengan komoditi unggulannya adalah tanaman tebu. Maka tak ayal jika diwilayah Surakarta sendiri tak kurang ada 17 pabrik gula yang pernah berdiri yang tersebar dari Kabupaten Sragen hingga Kabupaten Klaten.
Yogyakartapun juga tak mau ketinggalan, kurang lebih ada 19 pabrik gula yang pernah berdiri diwilayah ini. Pabrik gula tersebut diantaranya adalah:
1.      PG Medari
2.      PG Cebongan
3.      PG Sewugalur
4.      PG Gesikan
5.      PG Bantul
6.      PG Gondanglipuro
7.      PG Barongan
8.      PG Padokan
9.      PG Demakijo
10.  PG Rewulu
11.  PG Sedayu
12.  PG Klaci
13.  PG Sendangpitu
14.  PG Kedaton plered
15.  PG Pundong
16.  PG Kalasan
17.  PG Randugunting
18.  PG Wonocatur
19.  PG Beran

Dari 19 pabrik gula diatas, hanya satu pabrik gula saja yang masih berdiri yakni PG Madukismo Baru yang kini menempati bekas Pabrik Gula Padokan. PG Madukismo saat ini menjadi satu-satunya pabrik gula diwilayah Yogyakarta yang masih aktif memproduksi gula.
Nasib dari 19 pabrik gula di Yogyakarta semuanya bisa dikatakan tragis. Tragis karena tak satupun dari kesembilan belas pabrik gula tersebut yang masih aktif menghasilkan kristal gula. Bahkan banyak dari 19 pabrik gula diatas yang telah hancur bangunannya bahkan tidak menyisakan jejak sama sekali. Beberapa pabrik gula yang masih meninggalkan jejak peninggalan diantaranya adalah:
1.      PG Medari
2.      PG Sewugalur
3.      PG Kalasan
4.      PG Wonocatur
5.      PG Randugunting
6.      PG Gondanglipuro

Hancurnya industry gula dan pabrik-pabrik gula diwilayah Yogyakarta diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya adalah krisis ekonomi yang terjadi ditahun 1930 atau yang dikenal sebagai krisis malaise. Akibat krisis ekonomi hebat tersebut harga komoditi ekspor dipasaran anjlok termasuk gula yang merupakan salah satu komoditi unggulan kala itu.
Guna menekan semakin turunnya harga gula dipasaran maka pemerintah kolonial waktu itu memberlakukan pengurangan ekspor gula dipasar internasional. Akibatnya banyak pabrik gula yang mengurangi jumlah produksi bahkan ada pabrik gula yang terpaksa ditutup guna menghindari kerugian yang lebih besar. Dari 19 pabrik gula di Yogyakarta, tercatat hanya tujuh saja yang masih beroperasi.
Selain faktor krisis ekonomi di tahun 1930-an, faktor lain yang menyebabkan hancurnya industri gula di Yogyakarta adalah invasi Jepang ke Indonesia yang dimulai tahun 1942. Kala itu semua pabrik gula yang masih tersisa diambil alih oleh tentara Jepang dan pascakemerdekaan hanya menyisakan empat pabrik gula saja.
Masalah tidak berhenti sampai disitu, saat terjadi agresi militer Belanda II yang terjadi pada tahun 1949, pabrik gula yang tersisa tersebut dibumihanguskan sebagai taktik para pejuang kemerdekaan agar bangunan pabrik tidak dimanfaatkan oleh tentara Belanda. Hal ini merupakan akhir dari nasib pabrik-pabrik gula di Yogyakarta.
 Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebagai bangsa yang besar maka sepatutnya kita tidak melupakan sejarah bangsa ini termasuk sejarah panjang perjalanan industri gula di Indonesia. Sebagai Negara yang pernah menjadi pengeksor gula terbesar ke dua didunia, patutlah kita belajar dari sejarah agar predikat tersebut bisa kita sandang lagi suatu hari nanti.


Peta Persebaran Pabrik Gula di Yogyakarta

Sumber: Universiteit Leiden

Pabrik Gula Randu Gunting
Sumber: kitlv.nl

Aktivitas di Pabrik Gula Bantul
Sumber: kitlv.nl

Bekas Dudukan Cerobong Pabrik Gula Randu Gunting




Jumat, 14 Juli 2017

REVITALISASI DAN AKTIVITAS PG MOJO SRAGEN TAHUN 2017

            9 Maret 2017 merupakan angin segar bagi Pabrik Gula Mojo. Bagaimana tidak, suiker fabriek yang telah berusia lebih dari satu abad tersebut mendapatkan bantuan dari pemerintah guna merevitalisasi pabrik gula tersebut. Program revitalisasi PG Mojo merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan swasembada gula nasional.
            Pabrik Gula Mojo mendapatkan alokasi dana sebesar 225 miliar yang akan digunakan untuk menambah kapasitas produksi gula yang semula 2.500 TCD (Tone Cane per Day) menjadi 4.000 TCD, serta mampu melakukan giling optimal selama 150 hari.
            Menurut Administratur PG Mojo (Bambang Sutrisno) revitalisasi ini akan menjadikan PG Mojo menjadi lebih modern sehingga mampu meningkatkan produksi pengolahan. Fokus revitalisasi berada pada peremajaan mesin, mulai dari stasiun giling, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, hingga stasiun ketel yang akan memakan waktu selama 2 tahun. Semoga dengan revitalisasi ini mampu mengantarkan PG Mojo kembali kemasa kejayaannya seperti dulu.

            Berikut adalah aktivitas PG Mojo selama tahun 2017:














































Rabu, 16 Desember 2015

PABRIK GULA MOJO

  PABRIK GULA (SUIKER FABRIEK) MOJO

Pabrik Gula Mojo adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Sragen selain Pabrik Gula Kedungbanteng. Pabrik gula yang terletak di Jalan Kyai Mojo no.1 Sragen Kulon tersebut hingga kini masih aktif memproduksi gula. Bahkan pabrik gula ini adalah salah satu dari tiga pabrik gula yang masih bertahan hingga kini diwilayah Karesidenan Surakarta selain PG Tasikmadu di Karanganyar dan PG Gondang Baru di Klaten.
Pabrik Gula Mojo didirikan pada tahun 1883 oleh perusahaan Hindia Belanda kala itu yang bermarkas di Den Haag Belanda serta di Semarang. Berdasarkan sebuah sertifikat saham pendirian PG Mojo Sragen, diperkirakan biaya investasi pembangunan pabrik gula ini mencapai f 350.000. Tentu angka tersebut merupakan nilai yang besar dimasanya.
Latar belakang pendirian pabrik gula ini adalah karena adanya peraturan tanam paksa pada tahun 1802, yang isinya bahwa rakyat Indonesia harus menyerahkan 1/5 bagian tanahnya untuk ditanami komoditi tertentu dan diantaranya adalah tanaman tebu. Pabrik Gula Mojo memulai proses giling pertamanya pada tahun 1885. Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1959 pengelolaan PG Mojo Sragen diambil alih oleh pemerintah dan hingga kini PG Mojo berada dibawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero).
Sebagai upaya menjalankan proses produksinya, PG Mojo dahulu juga memiliki jaringan kereta lori pengangkut tebu yang memiliki panjang jalur (decauville) hingga puluhan kilometer, tersebar diberbagai kebun tebu yang berada dipenjuru Kabupaten Sragen. Jika dilihat dari peta lawas Kabupaten Sragen, jalur lori (decauville) PG Mojo tersebar hingga ke daerah: Tangkil, Pilangsari, Karangmalang, Bangak, Cumpleng, Terik, Sidoarjo, Bahkan hingga ke Kecamatan Masaran.
Seiring dengan majunya teknologi transportasi, angkutan lori milik PG Mojopun akhirnya tergantikan dengan angkutan truk. Jalur-jalur lori dari pabrik gula hingga keladang banyak yang dicabut dan ditimbun serta berganti menjadi kawasan pemukiman penduduk. Dibeberapa titik bekas jalur maupun jembatan lori milik PG Mojo masih bisa dijumpai namun dengan kondisi yang memprihatinkan.

Peta Lokasi Pabrik Gula Mojo
Sumber: kitlv.nl

Sertifikat Saham Pendirian Pabrik Gula Mojo
Sumber: Sragen Tempo Dulu


Bangunan Utama Pabrik Gula Mojo Tahun 1930 dan 2015
Sumber: kitlv.nl


Bangunan Utama Pabrik Gula Mojo Tahun 1930 dan 2015
Sumber: kitlv.nl

Halaman Belakang Pabrik Gula Mojo

Bangunan Gudang di Bagian Belakang Pabrik

Jalur Lori Tebu di Sisi Utara Pabrik

Bangunan Stasiun Remise Pabrik Gula Mojo


Bekas Gerbong Pengangkut Gula



  Lori Pabrik Gula Mojo

Angkutan Tetes Tebu Pabrik Gula Mojo

Selain memiliki jaringan jalur lori, Pabrik Gula Mojo juga terhubung dengan Stasiun Kereta Api Sragen yang berada tepat disisi utara pabrik. Stasiun tersebut pada zaman dahulu bernama Stasiun Kereta Modjosragen. Keberadaan pabrik gula memang selalu terkait dengan stasiun kereta api. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu angkutan distribusi bahan baku pabrik gula maupun hasil angkut gula dan tetes tebu menggunakan kereta api untuk dikirim ke berbagai kota di Pulau Jawa.

Stasiun Modjo Tempo Dulu
Dikutip dari Komunitas Sragen Tempo Dulu






Suasana Stasiun Sragen


Bekas Pondasi Jembatan Lori Pabrik Gula Mojo di Tangkil


Bekas Jembatan Lori Pabrik Gula Mojo di Mungkung Sidoharjo


Selain pembangunan Pabrik Gula Mojo yang didirikan pada tahun 1883, pemerintah kolonial kala itu juga turut membangun kawasan pemukiman untuk para pegawai pabrik. Jika dilihat dari fisik dan pola tatanannya, terdapat dua tipe rumah yang dibangun dikawasan pabrik. Tipe pertama adalah perumahan untuk warga Belanda atau bangsawan yang biasanya memegang jabatan penting dalam pengelolaan pabrik seperti administrateur. Rumah pada tipe ini biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dan terkesan mewah. Selain itu biasanya rumah pada tipe ini berada dalam satu komplek dengan pabrik atau bisa dikatakan berada di dalam lingkungan pabrik.
            Tipe kedua adalah rumah untuk pegawai pribumi. Biasanya rumah untuk tipe ini memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki ukuran yang lebih kecil. Selain itu letak perumahan pada tipe kedua ini biasanya dipisahkan oleh pagar pabrik atau berada di luar lingkungan pabrik.
Di Pabrik Gula Mojo sendiri terdapat beberapa perumahan untuk pegawai pabrik dari kalangan masyarakat Belanda yang terletak didalam komplek pabrik dan disisi timur pabrik. Sedangkan untuk perumahan pegawai pribumi terletak disisi selatan yang dipisahkan oleh pagar tembok pabrik. Kondisi bangunan perumahan pegawai Belanda yang bergaya indis tersebut kini banyak dimanfaatkan sebagai rumah dinas dan perkantoran. Namun tak sedikit pula bangunan rumah yang rusak dan mangkrak karena tidak adanya perawatan dari pihak yang bersangkutan.
Selain perumahan pegawai pabrik, disekitar lingkungan Pabrik Gula Mojo juga terdapat peninggalan arca dan lingga kuno. Benda tersebut kemungkinan adalah benda koleksi masyarakat Belanda zaman dulu yang bermukim diwilayah tersebut. Hal tersebut sebenarnya merupakan hal yang lazim dan juga dapat dijumpai dibeberapa tempat, karena pada zaman dahulu warga bangsa Belanda memang memiliki kegemaran mengoleksi benda kuno.











Beberapa Rumah Dinas Pegawai Pabrik yang Masih Tersisa

Rumah Pegawai Pribumi


Arca dan Lingga  


Sumber kitlv.nl

Monumen di Halaman PG Mojo