Selasa, 22 September 2015

PG COLOMADU

MENELUSURI SEJARAH PABRIK GULA COLOMADU

            Pada hari Minggu tanggal 20 September 2015, saya bersama dengan teman-teman pecinta sejarah mengikuti acara bertajuk blusukan pabrik gula di bekas lokasi Pabrik Gula Colomadu Karanganyar. Acara tersebut diselengarakan oleh Komunitas Lakulampah. Ini adalah serangkaian acara yang bertema pabrik gula yang nanti akan di sambung di Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar pada bulan Oktober mendatang. Pada acara kali ini peserta terdiri dari beberapa kalangan, seperti: pelajar, mahasiswa, pencinta sejarah, umum, dan wartawan.
            Sedikit melihat kebelakang mengenai sejarah pendirian Pabrik Gula Colomadu, pabrik tersebut didirikan pada tahun 1861 yang diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegara IV. Beliau mendirikan pabrik gula tersebut selain dengan menggunakan uang pribadinya juga dengan mendapatkan pinjaman uang dari teman dekatnya yaitu seorang mayor China bernama Be Biauw Tjwan di Semarang. Tak tanggung-tanggung, biaya pembangunan pabrik gula pada waktu itu menelan biaya sebesar  f 400.000.
            KGPAA Mangkunegara IV mempercayakan pembangunan pabrik tersebut pada seorang arsitek Jerman bernama R. Kampf. Pembangunan pabrik sendiri dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu tahun. Seiring dengan berjalannya waktu dan sepeninggalan KGPAA Mangkunegaran IV, PG Colomadu banyak mengalami pasang surut. Bahkan pabrik ini tercatat pernah dijual ke pemerintah kolonial untuk menutup hutang-hutang penerus Mangkunegara IV yang terkenal boros.
            Colomadu memiliki makna Gunung Madu. Mangkunegara IV sebagai pendiri pabrik ini memiliki harapan agar kehadiran pabrik gula ini mampu memberikan kesejahteraan bagi praja Mangkunegara dan masyarakat Mangkunegara. Pasca kemerdekaan pengelolaan Pabrik Gula Colomadu diambil alih oleh pemerintah. Nasib naas PG Colomadu terjadi pada tahun 1997. Krisis ekonomi dan mahalnya biaya perawatan dan operasional waktu itu membuat pabrik ini dikorbankan demi mempertahankan pabrik gula yang lain seperti Tasikmadu. Akhirnya pada tahun 1997 PG Colomadu melakukan penggilingan terakhir yang kemudian pada tahun 1998 diikuti dengan penutupan pabrik untuk selamanya.

Pabrik Gula Colomadu Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl

Pabrik Gula Colomadu Tahun 2015

            Sejarah PG Colomadu yang panjang inilah yang melatarbelakangi Komunitas Lakukampah mengadakan acara blusukan di lokasi Pabrik Gula Colomadu. Pada acara blusukan yang dimulai pada pukul sembilan pagi tersebut, pertama-tama peserta diajak berziarah ke sebuah komplek pemakaman yang terletak di Kampung Malangjiwan. Lokasinya tidak begitu jauh dari lokasi pabrik berdiri.
Dikomplek pemakaman tersebut dipercaya terdapat sebuah makam salah satu selir dari Mangkunegara IV yang terkenal dengan nama Nyi Pulungsih. Beliau adalah wanita keturunan Tionghoa yang turut andil dalam pembiayaan pembangunan Pabrik Gula Colomadu. Dilokasi makam, panitia juga sempat menceritakan sejarah singkat yang berkaitan dengan Nyi Pulungsih.
Pada zaman dahulu saat PG Colomadu masih aktif beroperasi, sebelum melakukan proses giling selalu diadakan acara Cembengan (Cembrengan) di makam tersebut. Hal tersebut dipercaya akan memperlancar proses giling tebu. Tradisi Cembengan sendiri sebenarnya berasal dari tradisi Tionghoa yang kemudian diadopsi oleh Mangkunegara IV dan dimodifikasi seuai dengan adat Jawa. Sampai saat ini dibeberapa pabrik gula masih melaksanakan tradisi Cembengan sebelum melakukan proses giling tebu.

 Makam Nyi Pulungsih di Malangjiwan Colomadu

Peserta Berziarah di Makam Nyi Pulungsih

Beranjak dari area makam, peserta kemudian diajak mengunjungi monumen Mangkunegara IV yang terletak di komplek bekas perumahan karyawan PG Colomadu. Diarea monumen tersebut terdapat sebuah patung Mangkunegara IV dengan beberapa prasasti yang ada di bagian sisi bawahnya. Monumen tersebut juga menjadi tempat wajib dalam tradisi Cembengan selain makam Nyi Pulungsih.

Peserta dari Makam Nyi Pulungsih Menuju Monumen Mangkunegara IV

Monumen Mangkunegara IV

            Dari lokasi monumen Mankunegara IV, rombongan kemudian kembali ke kompleks area PG Colomadu. Kali ini rute blusukan adalah bangunan-bangunan yang ada di dalam lingkungan pabrik. Bangunan pertama yang dikunjungi adalah stasiun remise dan garasi bus milik PG Colomadu yang berada disebelah selatan pabrik. Stasiun remise adalah sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan lokomotif kereta pengangkut tebu. Didalam stasiun tersebut saya juga masih bisa menjumpai sebuah potongan lokomotif yang sudah berkarat. Disana juga terdapat sebuah bus sekolah yang dulu digunakan untuk mengantar anak-anak pegawai PG Colomadu kesekolah.
            Perjalananpun dilanjutkan menuju ke sisi paling selatan pabrik. Dibagian tersebut terdapat sebuah bangunan yang lumayan besar yang berfungsi sebagai aula. Bangunan tersebut kini sudah tidak digunakan. Rombongan kemudian berjalan kebagian belakang pabrik. Disini peserta harus berhati hati karena jalan setapak yang dilalui banyak yang telah ditutupi rumput ilalang yang lebat. Ancaman dari hewan-hewan liarpun juga perlu diwaspadai.
            Dibagian belakang pabrik terdapat beberapa bangunan dan diantaranya adalah bangunan baru yang didirikan pada tahun 1920-an. Disisi ini kondisi bangunan sudah banyak yang tidak terawat. Wajar saja, pabrik ini sudah ditutup 18 tahun silam sehingga kesan kotor dan “angker” pun sangat mendominasi. Sembari berjalan menyusuri jalan setapak, panitia juga menjelaskan beberapa sejarah penting tentang perjalanan pembangunan Pabrik Gula Colomadu ini.


Bangunan Stasiun Remise Pabrik Gula Colomadu

Bekas Bus Sekolah Milik Pabrik Gula Colomadu

Bekas Lori Tender Milik PG Colomadu

Area Selatan Pabrik

Bangunan Pabrik di Sisi Selatan


            Akhirnya perjalanan kami tiba di bagian belakang pabrik. Diarea ini banyak didominasi oleh semak belukar yang sangat lebat. Pada waktu itu panitia sempat menyinggung rencana pembangunan super block diarea PG Colomadu. Disekitar komplek PG Colomadu memang diwacanakan akan dibangun kawasan elit seperti mall dan apartemen. Bahwan wacana tersebut sempat memunculkan kontroversi beberapa waktu yang lalu.
            Sesuai dengan keterangan yang saya peroleh dari panitia, sisi utara pabrik yang dulu merupakan bekas ladang tebu rencananya akan dialihfungsikan sebagai kawasan super block. Sedangkan untuk bangunan utama pabrik sendiri akan direnovasi dan dimanfaatkan sebagai gedung pertemuan. Semisal rencana tersebut terwujud, saya berharap komplek bangunan PG Colomadu masih dapat dipertahankan dan dilestarikan.
            Tak terasa kami tiba dibagian utara pabrik. Disini kami kembali menjumpai bangunan stasiun remise dengan ukuran yang lebih kecil. Didalam bangunan tersebut saya juga menjumpai banyak potongan-potongan kereta lokomotif yang sudah berkarat. Sayang sekali memang, benda yang memiliki nilai sejarah tersebut di terlantarkan begitu saja.

Peserta Menelusuri Bagian Belakang Pabrik


Stasiun Remise Pabrik Gula Colomadu di Sisi Utara

Potongan Lokomotif di Dalam Stasiun Remise

            Dibagian depan bangunan utama pabrik, kami telah ditunggu oleh dua orang karyawan PG Colomadu. Beliaulah yang akan mengantarkan kami masuk kedalam bangunan utama pabrik. Begitu rombongan sudah berkumpul didepan bangunan utama, kamipun segera masuk ke dalam bangunan pabrik yang memiliki ukuran yang cukup besar tersebut.
            Didalam bangunan utama pabrik masih banyak dijumpai alat-alat produksi gula. Ukurannya bisa dikatakan sangat besar. Tak terbayangkan betapa mengagumkannya dahulu saat alat-alat tersebut masih aktif memproduksi gula. Masuk kebagian tengah bangunan, banyak mesin-mesin berbentuk tabung masih berjajar rapi pada tempatnya. Disana saya juga sempat menjumpai tungku-tungku pembakaran yang memiliki saluran langsung ke cerobong utama PG Colomadu.
            Dibagian ruangan depan masih terlihat sebuah jalur kereta api yang dulu digunakan untuk mengangkut tetes tebu dari PG Colomadu ke Stasiun Purwosari Solo. Disisi utara terdapat sebuah aula yang cukup besar yang pada masanya digunakan sebagai bengkel untuk memperbaiki alat-alat pabrik yang rusak. Menurut keterangan dari pegawai PG Colomadu, alat-alat penggilingan yang terbuat dari besi tersebut sebagian besar adalah buatan Jerman. Tak terbayangkan betapa mahalnya harga alat-alat tersebut dimasa lalu.

Peserta Memasuki Bangunan Utama Pabrik Gula Colomadu

Bekas Jalur Kereta Api Milik NIS

Alat Produksi Gula di Bagian Belakang

Ruangan di Bagian Belakang

Bekas Tungku Pembakaran

Cerobong Asap Pabrik Gula Colomadu


Mesin Giling Pabrik Gula Colomadu

Bangunan Utama Pabrik Gula Colomadu

            Setelah puas berkeliling di dalam bangunan utama pabrik, perjalananpun kami lanjutkan menuju ke bekas rumah tinggal kepala Pabrik Gula Colomadu yang berada disisi utara. Bangunan tersebut bernuansa indische dengan beberapa taman kecil dibagian depannya. Di teras bangunan peserta diberi waktu untuk beristirahat sejenak sembari menikmati minuman dingan dan camilann tradisional yang telah disediakan oleh panitia. Siang itu cuaca memang sangat terik, sehingga perjalanan mengelilingi pabrikpun cukup banyak menguras tenaga.
            Setelah cukup beristirahat, peserta diajak mengelilingi bekas rumah kepala PG Colomadu tersebut. Dibagian belakang rumah terdapat sebuah taman dengan kolam kecil yang menghiasinya. Bangunan tersebut saat ini sudah tidak digunakan sebagai tempat tinggal, sehingga kesan kotor agak sedikit muncul.
            Setelah berkeliling mengitari rumah administrator PG Colomadu, peserta kembali melanjutkan perjalanan ke sebuah bangunan bekas stasiun pengisian bahan bakar yang berada di halaman pabrik. Hal yang unik dari stasiun bahan bakar tersebut adalah masih digunakannya satuan dolar untuk menunjukkan jumlah nomina pembayaran. Alat pengukur takaran bahan bakar pun juga masih lawas.
            Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang. Akhirnya selesai sudah seluruh rangkaian acara blusukan di lingkungan Pabrik Gula Colomadu. Banyak ilmu dan pelajaran yang bisa saya ambil dalam perjalanan kali ini. Besar harapan saya agar peninggalan yang penuh sejarah ini dapat dirawat dan dilestarikan dengan baik, agar generasi mendatang dapat mengetahui betapa hebatnya Colomadu dimasa lalu.

Rumah Kepala Pabrik Gula Colomadu

Bekas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Pabrik Gula Colomadu


Peserta Buslukan Pabrik Gula Colomadu
Sumber: Lakulampah