MEGAHNYA PABRIK GULA TASIK MADU
Memasuki
bulan Mei suasana Jalan Raya Solo – Sragen nampak berbeda dari biasanya.
Pemandangan truk pengangkut tebu yang mondar mandir dijalanan mulai meramaikan
jalan nasional penghubung tiga kabupaten tersebut. Ini adalah sebuah penanda
bahwa musim giling tebu telah tiba dan Pabrik Gula Tasik Madu mulai bangun dari
tidurnya untuk bergeliat memproduksi gula kembali. Kesempatan ini merupakan
suatu momen langka yang hadir setahun sekali. Hal ini pun tidak saya lewatkan untuk
menengok lebih dekat aktivitas giling di Pabrik Gula Tasik Madu yang berada di
Kabupaten Karanganyar tersebut.
Berbicara
mengenai sejarah, pendirian Pabrik Gula Tasik Madu di prakarsai oleh bangsawan
pribumi yaitu KGPAA Mangkunegara IV yang memimpin Kraton Mangkunegaran kala
itu. Pendirian pabrik gula ini dilakukan pada tahun 1871 atau 10 tahun
berselang setelah pendirian pabrik gula Colomadu yang juga milik KGPAA
Mangkunegara IV. Kemajuan industri gula dimasa itu memang membuat Mangkunegara
IV kepincut untuk beriventasi di bidang industri gula.
Dahulu
lokasi tempat berdirinya Pabrik Gula Tasik Madu bernama Desa Sondokoro. Namun
saat Mangkunegara IV hendak mendirikan pabrik gula di area tersebut, nama
Sondokoro di ganti dengan nama Tasik Madu yang berarti danau madu. Nama
tersebut mungkin adalah sebuah pengharapan layaknya nama pada Pabrik Gula Colomadu
yang berarti gunung madu yang diharapkan mampu memberikan kesejahteraan bagi
rakyat sekitarnya.
Pabrik
Gula Tasik Madu sendiri berdiri diatas lahan seluas 28,364 hektar milik Kraton
Mangkunegaran. Seiring berjalannya waktu, pengelolaan pabrik kini dilakukan
oleh pemerintah melalui PTPN IX. Usia bangunan pabrik gula yang sudah tua serta
banyaknya alat-alat giling yang berangka lawas membuat pemerintah menjadikan
pabrik gula ini sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang harus dilindungi dan
dilestarikan.
PG Tasik Madu
Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl
Bangunan Utama
PG Tasik Madu Tahun 1926
Sumber: kitlv.nl
Alat Giling PG
Tasik Madu Tahun 1923
sumber: kitlv.nl
Halaman Belakang
PG Tasik Madu Tahun 1923
Sumber: kitlv.nl
Lokomotif
Penarik Lori Tebu Milik PG Tasik Madu Tahun 1925
Sumber: kitlv.nl
Lori Pengangkut Tebu
dan Keluarga Karyawan PG Tasik Madu Tahun 1925
Sumber: kitlv.nl
7 Juni 2015
bertepatan dengan hari Minggu saya berencana untuk blusukan ke Pabrik Gula
Tasik Madu yang berada di Kabupaten Karanganyar. Jarak antara PG Tasik Madu
dengan rumah saya yang berada di Kabupaten Sragen hanya berkisar 20 kilometer
atau 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Tepat pukul delapan
pagi saya berangkat dari rumah menuju Tasik Madu.
Kurang lebih 30 menit perjalanan
menggunakan motor, akhirnya saya mulai memasuki daerah Kemiri, sebuah wilayah
yang berada di sebelah utara Tasik Madu. Di Kemiri terdapat sebuah stasiun
kecil bernama Stasiun Kemiri yang merupakan tujuan blusukan pertama saya. Saya
memilih Stasiun Kemiri sebagai titik awal blusukan saya karena pada zaman
dahulu stasiun tersebut terhubung dengan PG Tasik Madu untuk sarana angkutan
tetes tebu dan batu kapur (gamping) sebagai salah satu bahan pendukung industri
gula.
Tidaklah sulit menemukan Stasiun
Kemiri. Stasiun ini berada di dekat JPL Kemiri kurang lebih 50 meter kearah
barat. Tiba di Stasiun Kemiri suasana
sepi menyambut kedatangan saya. Hal ini dikarenakan stasiun ini memang sudah
tidak melayani jadwal perjalanan kereta reguler. Hanya beberapa petugas stasiun
saja yang nampak sedang berdinas mengatur lalu lintas kereta yang melintasi
jalur tersebut.
Diarea stasiun saya mencoba mencari
jejak-jejak jalur decauville yang
dulu menghubungkan antara Stasiun Kemiri dengan PG Tasik Madu. Pencarian saya
lakukan di area gudang stasiun yang berada di sebelah selatan bangunan Stasiun
Kemiri. Diarea tersebut saya sudah tidak bisa menemukan jejak-jejak yang bisa
dijadikan petunjuk. Hanya bekas beberapa roda kereta api saja yang tergeletak
di samping bangunan gudang. Bangunan gudang stasiun sendiri sudah nampak tidak
terawat dan terkesan hampir rubuh.
Jika dilihat dari kondisi sekitar
gudang stasiun yang saya amati, menurut hipotesis saya dulu jalur decauville penghubung dengan PG Tasik
Madu berpangkal di bangunan gudang stasiun tersebut. Hal ini saya asumsikan karena saya menjumpai
gundukan tanah yang berada diseberang gudang tegak lurus menuju kearah PG Tasik
Madu yang menurut saya dulu adalah bekas jalur lori milik PG Tasik Madu.
Bangunan
Gudang Stasiun Kemiri
Stasiun
Kemiri
Berhubung tidak menjumpai petunjuk
yang berarti, perjalanan pun saya lanjutkan menju PG Tasik Madu. Perjalanan
saya lakukan dengan pelan-pelan sembari mengamati sisi kanan kiri jalan dengan
harapan bisa menemukan petunjuk sisa decauville
menuju PG Tasik Madu. Hampir mendekati lokasi PG Tasik Madu saya tetap tidak
menemukan bekas jejak jalur decauville
milik PG Tasik Madu yang mengarah ke Stasiun Kemiri. Saya menjadi teringat akan
sebuah artikel yang pernah saya baca yang menyatakan bahwa jalur milik PG Tasik
Madu menuju Stasiun Kemiri banyak yang hilang diambil oleh masyarakat dan
beberapa telah dicabut oleh pihak pabrik. Mungkin alasan itulah saya sudah
tidak menjumpai bekas-bekas jalur tersebut sama sekali.
Tiba area PG Tasik Madu tujuan
pertama saya adalah area belakang pabrik tempat bongkar muat tebu dari truk ke
lori. Menurut cerita, PG Tasik Madu sampai saat ini masih menggunakan loko uap
untuk menarik lori tebu ke lokasi penggilingannya. Saya pun penasaran untuk
membuktikannya. Tiba diarea belakang pabrik, saya di sambut dengan sebuah
monumen lokomotif uap milik PG Tasik Madu yang sudah tidak terpakai berdiri di
pintu masuk sebelah barat pabrik. Akan tetapi sayang monumen tersebut tidak
terawat dan terkesan kumuh.
Dinding Pagar PG
Tasik Madu Sebelah Utara
Monumen
Lokomotif di Sisi Barat PG Tasik Madu
Beberapa tahun yang lalu aktivitas
bongkar muat tebu di PG Tasik Madu sebenarnya dilakukan di area sisi barat
pabrik. Hal ini bisa dilihat dari bekas peralatan bongkar muat yang masih bisa
kita saksikan dan jalur lori menuju ke dalam pabrik dari area sisi barat.
Mungkin karena alasan efisiensi, aktivitas bongkar muat kini dipindahkan di
belakang pabrik. Masuk ke area pabrik melalui pintu barat saya tidak menduga
kalau ternyata disana terdapat perkampungan warga yang terletak persis
dibelakang pabrik. Disana saya menjumpai banyak anak-anak yang melihat proses
bongkar muat tebu sembari mencari batang tebu yang yang terjatuh dari lori
untuk dikumpulkan dan dibawa pulang.
Disana saya sempat bertanya pada
beberapa anak apakah benar disana masih ada lokomotif uap yang di gunakan untuk
menarik lori. Anak-anak tersebut pun mengatakan memang benar masih ada
lokomotif uap yang digunakan untuk menarik lori tebu, bahkan rombongan
anak-anak tersebut juga sedang menanti kedatangan lokomotif uap tersebut.
Tak selang berapa lama, suara
lengkingan khas lokomotif uap pun mengusik pendengaran saya. Dari kejauhan
tampak sebuah lokomotif uap dengan ukuran yang lumayan besar menarik lori tebu
menuju arah saya. Sayapun tidak melewatkan momen ini untuk mengabadikannya.
Sungguh pemandangan yang sangat langka yang sudah jarang bisa saya jumpai.
Meskipun lokomotif tersebut sudah tidak digunakan untuk menarik lori dari
ladang tebu ke pabrik, namun setidaknya saya masih bisa menyaksikan sendiri
bagaimana kerennya manuver lokomotif uap saat menarik rangkaian lori tebu.
Pabrik Gula Tasik Madu masih
menggunakan satu lokomotif uap yang digunakan untuk menarik rangkaian lori tebu
dari lokasi bongkar muat menuju tempat giling. Selain menggunakan lokomotif
uap, rangkaian lori tebu juga ditarik menggunakan traktor untuk membantu proses
langsir. Sebenarnya PG Tasik Madu masih memiliki beberapa lokomotif uap yang lain,
akan tetapi lokomotif tersebut saat ini dimanfaatkan untuk menarik kereta
wisata di Agro Wisata Sondokoro yang berada di kompleks Pabrik Gula Tasik Madu.
Bekas
Jalur Lori dari Sisi Barat Pabrik Menuju Kedalam Pabrik
Bongkar
Muat Tebu di PG Tasik Madu
Rangkaian
Lori Pengangkut Tebu dan Lokomotif Uap Penarik Lori Tebu
Lokomotif
Uap Bermanuver Menarik Rangkaian Lori Tebu
Antrean Truk
Menanti Proses Bongkar Muat Tebu
Puas menyaksikan manuver lokomotif
uap menarik lori tebu, sayapun melanjutkan perjalanan menuju arah timur pabrik.
Disana terdapat bekas jalur lori yang menuju ke ladang disebelah timur. Sayapun
mengikuti bekas jalur tersebut. Dibeberapa titik saya masih bisa menjumpai
bekas jalur lori yang tertutup tanah. Kondisinya memang sudah tidak utuh karena
sudah lama tidak digunakan. Seiring
dengan berjalannya waktu dan alasan efisiensi, PG Tasik Madu memang sudah tidak
menggunakan lori untuk mengangkut tebu dari ladang yang ada di kawasan sekitar
pabrik. Sekarang aktivitas angkutan tebu dilakukan dengan menggunakan truk
karena dirasa lebih efektif dan efisien.
Disisi timur pabrik, saya juga
menjumpai sebuah komplek perumahan milik Pabrik Gula Tasik Madu. Berbeda dengan
komleks perumahan yang berada di sisi timur yang terkesan megah dan memiliki
ukuran yang besar, kompleks bangunan disisi timur ini cenderung memiliki ukuran
yang kecil dan sederhana. Mungkin perumahan tersebut dahulunya digunakan untuk
karyawan pabrik yang tidak memiliki jabatan yang terlalu tinggi.
Jalur
Lori Dibelakang Pabrik Menuju Perkebunan di Sisi Timur
Bekas
Jalur Lori Menuju Ladang Tebu di Sisi Timur
PG Tasik Madu
dari Sisi Timur
Salah Satu Rumah di Kompleks Sisi Timur Milik PG
Tasik Madu
Dari sisi timur pabrik, perjalanan
saya lanjutkan menuju ke sisi selatan. Disisi selatan saya kembali menemukan
bekas jalur lori yang telah tertutup tanah dan di beberapa titik tertutup
bangunan warung semi permanen milik masyarakat. Jalur lori tersebut tepat
berada disamping perkebunan tebu dan jalan raya. Saya pernah mendapatkan
informasi bahwa dulu jalur disisi selatan ini merupakan jalur menuju perkebunan
tebu yang ada di wilayah Matesih. Keberadaan jalur menuju Matesih saat ini
sudah tidak ada karena telah cabut oleh pihak pabrik saat di non aktifkan. Diarea tersebut saya juga menjumpai sebuah
bekas jembatan lori. Kondisinya sudah tidak terawat. Kerangka jembatan serta
rel besinya pun sudah raib. Yang tersisa hanyalah pondasi penyangga jembatan.
Bekas
Jalur di Sisi Selatan Pabrik Menuju Matesih
Bekas Jembatan
Lori di Sisi Selatan Pabrik
Blusukan saya di
sisi selatan pabrik segera saya akhiri untuk mengejar waktu yang sudah mulai
beranjak siang. Blusukan pun saya lanjutkan ke dalam area pabrik yang juga
merupakan area Agro Wisata Sondokoro milik PG Tasik Madu. Kedatangan saya
langsung disuguhi dengan suara deru mesin giling yang cukup memekakan telinga.
Asap hitam yang membumbung tinggi pun menandakan mesin pabrik sedang bekerja
keras menghasilkan tebu kualitas terbaik.
Tujuan saya yang pertama adalah bangunan utama
PG Tasik Madu. Bangunannya sangat indah dan megah dengan arsitektur khas
Belanda. Didepan bangunan pabrik terdapat sebuah lokomotif yang sudah tidak
utuh lagi yang dijadikan sebagai monumen. Disampinnya tertulis bahwa monumen
tersebut didirikan untuk mengenang lokomotif pertama milik PG Tasik Madu yang
mulai digunakan pada tahun 1902. Sayang sekali saya tidak bisa memasuki
bangunan pabrik karena area tersebut memang area terbatas yang hanya boleh
dimasuki oleh karyawan pabrik saja.
Monumen
Loko PG Tasik Madu
Bangunan Utama
PG Tasik Madu
Tak jauh dari bangunan pabrik,
terdapat sebuah museum mini yang bangunannya memanfaatkan bangunan bekas stasiun
pengisian bahan bakar milik PG Tasik Madu. Di sana terdapat beberapa benda
langka seperti Gerbong dan Bendi yang dulunya digunakan oleh KGPAA Mangkunegara
IV. Saya pun tak segan untuk menelisik lebih jauh benda-benda langka tersebut.
Salah satu benda yang menarik
perhatian saya adalah Kremon (Gerbong) milik mangkunegara IV. Gerbong tersebut
dahulu digunakan untuk mengunjungi Pabrik Gula Tasik Madu dari Keraton
Mangkunegara di Surakarta atau Solo. Gerbong tersebut dahulu mulai digunakan
pada tahun 1875. Bentuk dan interior dari gerbong tersebut bisa dikatakan
ekslusif, mungkin karena digunakan oleh raja dan petinggi keraton.
Disamping Kremon, juga terdapat
sebuah bendi tua peninggalan Mangkunegara IV. Bendi tersebut dahulu oleh Mangkunegara IV
digunakan untuk mengunjungi kebun tebu milik PG Tasik Madu. Selain itu disana
juga terdapat sebuah lori tebu bernama Lori Bader yang dibuat pada tahun 1880
yang dipercaya mampu membantu kekuatan lokomotif. Secara keseluruhan kondisi
benda-benda tersebut masih terawat dengan baik.
Kremon
(Gerbong) Milik KGPAA Mangkunegara IV
Bendi
Peninggalan KGPAA Mangkunegara IV
Lori Bader
Beranjak dari
museum mini di halaman pabrik, saya kemudian masuk area Agro Wisata Sondokoro.
Untuk memasuki area wisata tersebut, pengunjung hanya dikenakan tarif retribusi
sebesar Rp 5.000,-. Tujuan saya kali ini adalah melihat koleksi lokomotif uap
milik PG Tasik Madu yang sudah dipensiunkan dan kini dijadikan monumen di area
wisata tersebut.
Cukup banyak ternyata lokomotif yang
dijadikan monumen diarea tersebut. Hampir semua lokomotif dalam kondisi terawat
dengan baik. Yang paling menarik perhatian saya adalah lokomotif yang bernama
Loko Don. Loko tersebut memiliki bentuk persis seperti Loko Simbah yang ada di
PG Gondang Baru Klaten yang merupakan lokomotif tertua disana. Pada masanya,
Loko Don digunakan untuk menarik Kremon milik Mangkunegara IV saat berkunjung
ke PG Tasik Madu. Nama Don sendiri sebenarnya diberikan oleh masyarakat pada
waktu itu karena lokomotif tersebut mengeluarkan bunyi “don” saat berjalan.
Lokomotif
TM VII
Monument
Lokomotif di Sisi Selatan
Loko
Don
Monumen
Lokomotif di Pintu Masuk Agro Wisata Sondokoro
Agro
Wisata Sondokoro memiliki area yang cukup luas. Disana juga terdapat sebuah
monument yang terbuat dari bekas mesin giling milik PG Tasik Madu. Disalah satu
sudut Agro Wisata Sondokoro terdapat sebuah mini
teater yang memutar film pendek mengenai proses produksi gula. Sebenarnya
saat itu saya sempat berniat untuk melihat film pendek tersebut, akan tetapi
sayang film hanya diputar jika pengunjung minimal dua orang, sedangkan pada
waktu itu saya datang sendirian dan tidak ada pengunjung lain yang berminat
untuk melihat film pendek tersebut. Sepinya penunjung mungkin dikarenakan
promosi yang kurang serta tampilan gedung teater yang kurang menarik sehingga
pengunjung kurang tertarik untuk mampir ke mini
teater tersebut.
Wahana yang menjadi favorit bagi
pengunjung dan merupakan ikon dari Agro Wisata Sondokoro adalah tour keliling area pabrik dengan
menggunakan kereta wisata. Disana terdapat tiga rangkaian kereta wisata, dua
kereta uap dan satu kereta diesel. Sayapun tidak ketinggalan untuk menjajal
salah satu lokomotif uap tersebut. Hanya dengan membayar Rp 9.000,- saya sudah mendapatkan
satu tiket untuk keliling pabrik dengan menaiki kereta wisata uap.
Kehadiran kereta wisata di Agro
Wisata Sondokoro selain untuk menarik pengunjung menurut saya merupakan sebuah
upaya untuk merawat dan melestarikan lokomotif uap yang ada di sana. Pengunjung
diajak untuk mengenal lebih jauh mengenai lokomotif uap yang dulu digunakan
untuk menarik kereta lori dari ladang ke pabrik. Hal ini juga sesuai
dengan konsep Agro Wisata Sondokoro yang
menjadi arena edukasi bagi masyarakat.
Rute tour kereta wisata melintasi area pabrik seperti: gudang pupuk,
gudang penyimpanan gula, area bongkar muat tebu, kolam pengolahan limbah,
stasiun remise dan lain sebagainya mampu memberikan pengetahuan dan wawasan
tersendiri bagi pengunjung untuk mengenal lebih jauh aktivitas-aktivitas yang
ada di dalam pabrik gula. Dalam satu perjalanan kereta wisata, pengunjung akan
diajak berkeliling area pabrik selama kurang lebih 20 menit. Sungguh pengalaman
yang tidak bisa didapat di tempat lain.
Kereta Wisata Spoor Tebu
Kereta
Wisata Spoor Gula
Tour
Kereta Wisata
Lokomotif
Uap Wisata
Kereta
Wisata Menyusuri Kompleks PG Tasik Madu
Puas mengelilingi area Agro Wisata Sondokoro, saya
menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak disebuah bangunan loji yang ada di
halaman pabrik. Loji tersebut memiliki bangunan yang sangat indah. Menurut saya
bangunan tersebut dahulu merupakan tempat tinggal kepala administratur Pabrik
Gula Tasik Madu. Dibagian depan bangunan juga terdapat sebuah air mancur yang
menambah keindahan bangunan loji.
Bangunan
Loji di Depan PG Tasik Madu
Hari semakin siang, setelah puas
beristirahat saya pun beranjak pulang meninggalkan PG Tasik Madu. Perjalanan
pulang kali ini saya rencanakan melewati jalur yang berbeda yakni melewati
jalan disebelah utara PG Tasik Madu. Saat melewati jalur tersebut saya
menemukan jejak bekas jalur lori milik PG Tasik Madu. Besi-besi rel dibeberapa
titik masih nampak terlihat. Bahkan saya juga menemukan sebuah bekas jembatan
lori yang kondisinya bisa dikatakan masih utuh. Jika dibandingkan dengan
jembatan yang ada di sisi selatan yang saya jumpai saat blusukan di area
selatan pabrik, jembatan di sisi utara ini masih menyisakan besi penyangga
jembatan yang lengkap. Akan tetapi sayang, kondisi jembatan kini telah berkarat
dan tertutup oleh semak belukar.
Bekas
Jembatan Lori di Sisi Utara Pabrik
Akhirnya
perjalanan saya tiba juga di Jalan Raya Solo-Sragen, ini berarti selesai sudah
perjalanan blusukan saya di PG Tasik Madu Karanganyar. Mangkunegara IV adalah sosok pemimpin besar
yang tidak saja memikirkan kepentingan kaum bangsawan dan golongan tertentu
saja, tetapi juga memikirkan kesejahteraan rakyatnya dengan mendirikan sebuah
pabrik yang diharapkan bisa menghidupi dan mensejahterakan rakyatnya. Semoga
peninggalan besar dan berharga ini dapat terus lestari sehingga generasi
mendatang tetap akan mengenal siapa itu KGPAA Mangkunegara IV.
Peta PG Tasik Madu
sumber: kitlv.nl
Mantap Reportnya mas, data penulisannya dan photo2 jadul dpt dari mana.? Ada Khabar PG Colomadu mau dirubah jadi Gedung pertemuan dan bkn termasuk BCB
BalasHapusIya. Akan dijadikan tempat hiburan tapi tdk merubah bentuk asli
HapusSekarang siapa pewaris pemilik pabrik gula tasik madu ?
BalasHapussepertinya jadi milik pemerintah, soalnya dikelola bumn
HapusUlasannya bagus sekali... menarik untuk dibaca sampai selesai. Benar benar menambah wawasan. 😀
BalasHapusAlhamdulillah pg tasikmadu sampai 2019 ini masih produksi gula mas...
BalasHapusMungkin lain waktu mas bisa berkunjung lagi melengkapi ulasannya, bisa sama saya masuk kedalam pabrik
Insyaallah jika saya masih bekerja disini blm dipindahtugaskan
Dulu seinget saya pas zaman kecil sering melintas di jalan kampung selatannya gudang stasiun kemiri, nah disitu jalanan dilintasi bekal besi rel mengarah ke tasikmadu. Kalau masnya lihat di google earth, kelihatan jalur kecil dari stasiun kemiri mengarah timur membelah sawah, dan ujung2nya nyambung ke PG Tasikmadu.
BalasHapuskeren banget mas tulisannya. Ayo mas telusuri lebih lanjut sambungan decauville dari Kemiri - Nangsri - Brujul - Suruh - Tasikmadu. Tahun 90's masih digunakan utk jalur lori, dan saya masih ingat betul kereta itu masih melintas jalur decauville kemiri - tasikmadu.
BalasHapus