MENGGALI SEJARAH PABRIK GULA KEDOENG
BANTENG
Gondang, adalah nama sebuah
kecamatan yang ada disebelah timur Kota Sragen yang tidak begitu terkenal bagi
masyarakat luas, apalagi bagi mereka yang tidak berdomisili di Kota Sragen.
Kecamatan yang pada zaman dahulu dikenal
dengan nama Kedoeng Banteng ini ternyata menyimpan sejarah industri gula yang
luar biasa yang tidak diketahui banyak orang. Sejarah pernah mencatat bahwa di
sana dahulu pernah berdiri sebuah pabrik gula yang bernama Suiker Fabriek (SF) Kedoeng Banteng. Sedikitnya referensi mengenai
sejarah SF Kedoeng Banteng membuat saya tertarik untuk menelusuri jejak-jejak
keberadaannya.
1 Juni 2015 rencana untuk menelusuri
sisa-sisa keberadaan Pabrik Gula Kedoeng Banteng akhirnya terlaksana. Meskipun
saya adalah penduduk asli Kabupaten Sragen, namun saya baru menyadari bahwa
dulu di Kecamatan Gondang pernah ada sebuah pabrik gula. Yang saya tahu saat
itu pabrik gula di Kabupaten Sragen hanyalah PG Modjo yang saat ini masih aktif
beroperasi.
Berangkat dari rumah kurang lebih
setengah delapan pagi, kurang lebih 20 menit perjalanan akhirnya saya tiba di
Kecamatan Gondang lokasi blusukan saya. Jarak antara Kecamatan Gondang dengan
rumah saya sebenarnya tidaklah terlalu jauh, kurang lebih hanya 15 Kilometer
kearah timur. Tiba di Kecamatan Gondang, tujuan pertama saya adalah Stasiun
Kereta Api Kedung Banteng. Alasan saya mengawali blusukan saya di stasiun
kereta adalah sebuah patokan dimana pada zaman dahulu lokasi pabrik gula selalu
terhubung dengan stasiun kereta api yang berada tidak jauh didekatnya. Hal
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan aliran distribusi.
Sebelum mencapai lokasi stasiun,
saya sempat blusukan ke perkampungan yang berada di sebelah barat Stasiun Kedung
Banteng. Tujuan saya adalah menemukan petunjuk yang mungkin bisa saya temukan.
Blusukan awal saya membuahkan hasil, sebuah besi yang merupakan bekas rel lori
tebu tertancap di dekat sebuah pemakaman umum warga. Besi rel tersebut
digunakan sebagai tiang lampu penerangan jalan. Bergerak dari lokasi tersebut,
saya juga menemukan bekas besi rel lori yang digunakan sebagai pagar di sebuah
lapangan. Sayapun kemudian melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kedung Banteng.
Bekas
Rel Lori di Perkampungan Dekat Stasiun
Tiba
di Stasiun Kedung Banteng, saya belum menemukan petunjuk yang berarti. Bekas
jalur lori atau jalur kereta dari stasiun menuju lokasi pabrikpun tidak saya
temukan. Kebetulan waktu itu saya bertemu dengan seorang warga yang sedang
menunggu kereta melintas di Stasiun Kedoeng Banteng bersama cucunya. Sebagai
informasi, Stasiun Kedoeng Banteng adalah stasiun yang sudah tidak melayani
perjalanan kereta api meskipun stasiun masih aktif, sehingga orang-orang bisa
keluar masuk stasiun dengan leluasa. Sayapun mencoba bertanya kepada warga yang
bisa dikatakan sudah sepuh tersebut
untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan bekas Pabrik Gula Kedoeng
Banteng.
Dari informasi yang disampaikan oleh
kakek tersebut saya memperoleh petunjuk lokasi bekas PG Kedoeng Banteng yakni
di kompleks kantor Kecamatan Gondang. Beliau menyarankan saya untuk pergi
kesana karena disekitar area komplek perkantoran terdapat bangunan kawak
yang berarsitek Belanda yang masih berdiri. Berbekal informasi tersebut
saya pun segera menuju ke lokasi yang dimakasud oleh kakek tersebut.
Stasiun
Kereta Api Kedung Banteng
Kurang lebih 5 menit perjalanan dari
Stasiun Kedung Banteng, akhirnya saya tiba di lokasi bekas PG Kedoeng Banteng.
Luar biasa, itu adalah kesan pertama saya saat tiba disana. Saya tidak
menyangka bisa menemukan sebuah kompleks bangunan Belanda di lokasi yang bisa
dikatakan terpencil tersebut. Selama ini kompleks bangunan Belanda terbesar
yang pernah saya temui di Sragen hanyalah di PG Modjo. Ternyata di Kecamatan
Gondang juga memiliki kompleks bangunan Belanda yang tak kalah cantiknya dengan
yang ada di PG Modjo.
Bagian
Selatan Kompleks Eks PG Kedoeng Banteng
Peta Lokasi PG Kedoeng Banteng
Sumber: kitlv.nl
Eks
Rumah Sinder PG Kedoeng Banteng
Bekas
Area Komleks PG Kedoeng Banteng
Eks
Rumah Pegawai PG Kedoeng Banteng Sisi Utara
Eks
Rumah Pegawai PG Kedoeng Banteng Menjadi Puskesmas Kecamatan Gondang
Eks
Rumah Pimpinan PG Kedoeng Banteng Menjadi Kantor Camat Gondang
Lapangan Tengah
Eks PG Kedoeng Banteng
Sembari
mengelilingi lokasi bekas Pabrik Gula Kedoeng Banteng, saya berusaha mencari
orang yang bisa saya tanyai untuk memperoleh informasi mengenai sejarah Pabrik
Gula Kedoeng Banteng. Kebetulan didepan Kantor Kecamatan Gondang, ada seorang kakek
yang duduk santai sambil mengawasi kambing peliharaannya yang dilepas
dilapangan depan Kantor Kecamatan. Sayapun menghampiri kakek tersebut dan mulai
bertanya-tanya mengenai sejarah keberadaan Pabrik Gula Kedoeng Banteng.
Kakek tersebut membenarkan
pertanyaan saya bahwa disini dulu memang pernah berdiri sebuah pabrik gula yang
bernama Kedoeng Banteng. Saat saya menanyakan tahun berdirinya, kakek tersebut
tidak menyebutkan secara pasti. Beliau hanya mengatakan bahwa pabrik tersebut
sudah berdiri lama. Selanjutnya sang kakek mulai menjelaskan bangunan kompleks
yang masih tersisa dilokasi tersebut.
Sang kakek menjelaskan bahwa
bangunan yang sekarang digunakan sebagai Kantor Kecamatan Gondang yang
merupakan bangunan terbesar di kompleks tersebut adalah bekas kantor dan rumah
tinggal kepala Pabrik Gula Kedoeng Banteng. Sedangkan bangunan-bangunan kecil
yang mengelilinginya adalah bangunan pegawai pabrik. Beliau menjelaskan kepada
saya bahwa lokasi pabrik sendiri sekarang telah menjadi perkampungan yang ada
disebelah timur kompleks. Sedangkan bekas kolam limbah pabrik berada disebelah
timur laut yang kini telah menjadi lapangan warga. Beliau lebih lanjut menceritakan
bahwa dulu saat kolam tersebut di timbun dengan tanah oleh masyarakat, beliau
menyaksikan sendiri.
Lebih lanjut saya menanyakan tentang
operasional dan dampak kedatangan Jepang terhadap nasib PG Kedoeng
Banteng. Beliau menuturkan bahwa
operasional PG Kedoeng Banteng tidaklah lama, yakni hanya sekitar satu tahunan.
Lebih lanjut beliau menuturkan bahkan sebelum Jepang datang ke Indonesia, PG
Kedoeng Banteng sudah tidak beroperasi. Singkatnya operasional pabrik
dikarenakan adanya permasalahan saat awal pembangunannya. Masalah tersebut
muncul karena adanya perbedaan perencanaan pembangunan antara pemborong yang di
tangani oleh pribumi dengan pemilik atau investor yakni orang Belanda.
Kala itu lokasi pabrik direncanakan
berada disebelah selatan rel kereta api milik SS, karena sumber air yang mudah
didapat. Namun pada kenyataannya pemborong melakukan pembangunan di sebelah
utara rel kereta milik SS. Kakek tersebut terus bercerita bahwa akibat
perbedaan perencanaan itu Pabrik Gula Kedoeng Banteng sering menghadapi masalah, bahkan dengan
Bawono (merujuk pada Raja Surakarta) selaku pemilik tanah.
Pada masa itu Bawono menamai Pabrik
Gula Kedoeng Banteng dengan nama Sidowurung. Saya tidak tahu apa arti dari nama
tersebut, tapi jika dilihat berdasarkan Bahasa Jawa, Sidowurung menurut saya
memiliki arti “durung sido” atau dalam Bahasa Indonesia “belum jadi”. Tapi
benar atau tidak penafsiran saya, hal itu perlu kajian lebih lanjut.
Terkait dengan masalah pembongkarang
pabrik, saya menanyakan apakah tentara Jepang yang membongkar bangunan Pabrik
Kedoeng Banteng karena menurut beberapa catatan sejarah, banyak bangunan
Belanda yang dihancurkan oleh Jepang saat menjajah Indonesia. Sang kakek pun
menyanggahnya. Beliau mengatakan bahwa wargalah yang membongkar pabrik
tersebut. Hal ini dilakukan atas inisiatif warga kala itu untuk membongkar
bangunan pabrik karena sudah lama tidak terpakai. Setelah cukup memperoleh
informasi berkaitan dengan sejarah Pabrik Gula Kedoeng Banteng, sayapun berpamitan
kepada kakek tersebut dengan tak lupa bersalaman dan mengucapkan banyak terima
kasih.
Tugu
Penanda Keberadaan Pabrik Gula Kedoeng Banteng
Lokasi
Eks Kolam Limbah PG Kedoeng Banteng
Melalui informasi yang disampaikan
oleh kakek tersebut, saya menemukan beberapa persamaan mengenai catatan sejarah
yang berkaitan dengan keberadaan Pabrik Gula Kedoeng Banteng. Persamaan
tersebut berkaitan dengan masa operasional pabrik gula dimana kakek tersebut
menjelaskan bahwa masa operasional pabrik tidaklah lama, yakni hanya satu
tahunan. Berdasarkan referensi yang saya dapatkan bahwa PG Kedoeng Banteng
didirikan pada tahun 1880. Jika melihat peta persebaran pabrik gula di Pulau
Jawa yang diterbitkan oleh kitlv.nl
pada tahun 1914, PG Kedoeng Banteng sudah tidak tercantum dalam peta. Hipotesis
saya bahwa pada tahun tersebut PG Kedoeng Banteng memang sudah tidak
beroperasi. Hipotesis saya ini berlanjut mengenai keberadaan Pabrik Gula Modjo
yang didirikan pada tahun 1883 atau 3 tahun setelah PG Kedoeng Banteng. Menurut
saya, setelah PG Kedoeng Banteng tidak beroperasi karena banyaknya masalah yang
mendera, aktivitas pengolahan tebu di pindahkan ke wilayah Modjo dengan
mendirikan pabrik baru yang kini dikenal dengan nama PG Modjo. Tapi ini masih dalam
tahap hipotesis berdasarkan pengamatan saya. Kebenaran lebih lanjut perlu
dilakukan penelitian dan kajian yang lebih mendalam.
Sejarah
memang tak selamanya menyediakan informasi yang lengkap, tapi itulah yang
menarik dalam sejarah, selalu meninggalkan misteri yang tak tahu kapan akan
terungkap. Hanya waktulah yang akan bisa menjawab. Yang terpenting sekarang adalah
bagaimana peran semua pihak untuk melestarikan peninggalan sejarah yang ada.
Jangan sampai generasi mendatang tidak mengetahui sejarah yang ada ditanah
kelahirannya. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
sejarahnya.
Bekas Jembatan Lori PG Kedoeng Banteng
Sy asli situ mas, disebelah barat lapangan ada bangunan juga yang jadi tempat penggilingan padi, ga tahu skrg masih ada apa nggak sewaktu sy kecil sih ada dan suka main ke lokasi-lokasi yg sampeyan sebutkan, cuma yg saya penasaran umur kakek yg sampeyan tanyai itu kalo menyaksikan pabrik beroperasi, berarti beliau sdh sangat tua dong ya...., bisa masuk salah satu rekor umur panjang tuh..
BalasHapuskakek yang saya tanyai tidak menyaksikkan pabriknya beroperasi, tapi saat masa2 pembongkaran pabrik beliau menyaksikannya.
Hapusuntuk orang kedung banteng satu2nya yang menyaksikkan pembangunan pabrik pada tahun 1880 yang masih hidup menurut artikel yang saya temukan adalah mbah Gito yang dulu pernah menggemparkan media karena usia nya yang mencapai 100an tahun. beliau mengatakan bahwa saat kecil dia menyaksikan pabrik gula dibangun.
Saya pernah tinggal di banguan Sinder (rumah belanda 1) yang terletak di ujung paling timur (1986 - 1994) karena ayah saya dulu adalah sinder PG Mojo Sragen, tapi ditempatkan di rumah tersebut dan banyak kejadian ganjil yang kerap keluarga kami alami... salah satunya noni belanda
BalasHapusPak, disekitar bekas pg kedung banteng ada bekas kerkof atao makam belanda gk ya? Soale saya nyari kok blm ketemu
HapusWah saya tidak tau itu..., kerkof saya ga tau, tapi sepengetahuan saya ada graf (hanya kuburan bukan komplek kuburan) di belakang rumah salah satu bangunan sinder tsb, tp saya ga tau dimana tepatnya, hanya ortu saya yg tau, dulu saya ga peduli ttg itu.
HapusKarena dulu pernah ada tukang kebun yang bekerja di belakang rumah dan nemuin nisan lalu kesurupan ngomel bahasa belanda, padahal dia ga bisa bahasa belanda.
Mungkin bisa ditanyakan pak dirumah sinder yg mana yg ada makamnya sama ortunya. Soalnya banyak yg berkunjung kesana tapi gk nemu. Di peta lama jg gk tertera jg soale...
HapusHari ini jam 9 pagi saya mau anter tamu orang Belanda ..tiga orang dari solo katanya mau reuni lihat bekas aktivitas kakeknga dulu..informasi ini sangat membantu saya sebagai driver tamu..nuwun.
BalasHapussama2 pak...
Hapussenang bisa membantu. tamu dari belanda mau reuni kemana saja pak?
Terimakasih pak,informasi ini cukup membantu menambah referensi sejarah tentang PG kedoeng banteng Gondang. Saat ini saya tinggal di salah satu rumah peninggalan belanda tersebut. Dan saya berniat merawat dengan baik. Barangkali bapak ibu bersedia memberi masukan saran utk kebaikan,kami sangat bertetimakasih. Atau barangkali ada yg ingin reuni kami persilahkan pinarak ke rumah. Terimakasih.
BalasHapusSama2 bapak. Kalau boleh tahu bapak menempati rumah yg sebelah mana?
Hapushttp://maps.library.leiden.edu/apps/s7#focus
BalasHapusjika mau melihat peta kuno jaman kolonial itu pak link nya...
mantap...sama-sama orang Sragen bisa komunikasi lewat jejak sejarah.
BalasHapusApakah bapak tau titik lokasi lahan bekas bangunan PG Kedungbantengnya dimana?
BalasHapus