GUNUNG MADU ADA DI COLOMADU
Colomadu, adalah nama sebuah
kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar yang terletak di sebelah utara Kota
Surakarta. Kecamatan yang terletak terpisah dari Kabupaten karanganyar ini
memiliki sebuah icon terkenal yaitu Pabrik Gula Colomadu. Bangunannya yang
megah dengan aritektur kuno yang menawan sangat kontras dengan kondisi
sekitarnya yang telah didominasi oleh bangunan-bangunan modern.
Sejarah awal pembangunan Pabrik Gula Colomadu
diawali dari ketertarikan seorang Raja Mangkunegaran kala itu yaitu KGPAA
Mangkunegara IV yang tertarik untuk berbisnis di industri gula. Maklum saja,
kala itu tanah Jawa banyak didominasi oleh kawasan perkebunan salah satunya
perkebunan tebu yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Selain itu,
berakhirnya Perang Diponegoro membuat kekuasaan raja-raja di tanah Jawa
dikurangi oleh Pemerintah Hindia Belanda yang berdampak pada menurunnya
pendapatan kerajaan.
Minggu 8 Desember 1861 adalah
peletakan batu pertama Pabrik Gula Colomadu. Mangkunegara IV mempercayakan
pembangunan pabrik kepada seorang ahli kebangsaan Jerman bernama R. Kampf.
Tidak main-main, biaya pembangunan pabrik ini mencapai f 400.000 yang modal
pembangunannya diperoleh dari pinjaman yang berasal dari hasil keuntungan
perkebunan kopi Mangkunegaran. Selain itu, modal pembangunan juga diperoleh
dari bantuan pinjaman Mayor Cina di Semarang Be Biauw Tjwan yang merupakan
teman dekat dari mangkunegaran IV.
Setahun kemudian Pabrik Gula
Colomadu rampung pembangunannya dan siap beroperasi. Dalam upacara peresmian
pabrik, Mangkunegara IV memberikan nama pabrik pertamanya itu dengan nama Colomadu
yang berarti gunung madu. Nama tersebut memiliki harapan bahwa kehadiran Pabrik
Gula Colomadu diharapkan mampu menjadi gunung madu yang akan mensejahterakan
Praja Mangkunegaran dan masyarakat sekitarnya.
Pabrik Gula
Colomadu 1867
Sumber: kitlv.nl
Rumah Administrateur PG Colomadu
sumber: kitlv.nl
Pabrik Gula
Colomadu Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl
Peta PG Colomadu
sumber: kitlv.nl
Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan Pabrik Gula Colomadu pun banyak mengalami
pasang surut. Desakan pembangunan kota yang sangat pesat membuat ladang tebu
yang ada disekitar pabrik gula tergusur. Jalur-jalur kereta lori yang dulu
digunakan untuk mengangkut tebu dari ladang ke pabrik gula pun dicabut karena
banyak perkebunan yang telah beralih fungsi. Selain itu alat-alat pabrik yang
sudah uzur dan minimnya regenerasi membuat efisiensi produksi pabrik menurun.
Akhirnya pada tanggal 1 Mei 1997, Pabrik Gula Colomadu melakukan
penggilingannya yang terakhir dan resmi ditutup.
Minggu 24 Mei 2015 saya mencoba
menelusuri sisa kejayaan Pabrik Gula Colomadu dimasa lalu. Perjalanan saya ini
saya awali dari Gembongan dimana disana dulu terdapat jalur kereta api dari
Stasiun Purwosari menuju PG Colomadu untuk angkutan tetes tebu. Jalur tersebut
dibangun oleh slah satu perusahaan swasta kereta api milik Hindia Belanda yaitu
NIS. Kini jalur pengangkut tetes tebu tersebut sudah tidak ada. Hanya
jejak-jejak nya saja yang berupa bekas jembatan kereta api dibeberapa titik
yang masih bisa kita saksikan.
Bekas Jembatan
Kereta Api Menuju PG Colomadu
Bekas Jembatan Kereta Api di Sisi Selatan PG
Colomadu
Setibanya dilokasi bekas pabrik,
lokasi pertama yang saya tuju adalah sisi selatan pabrik. Disana saya mencari
bekas lokasi pintu masuk kereta menuju ke dalam pabrik. Saat saya berada di
lokasi, saya sudah tidak menemukan bekas pintu masuk kereta yang saya cari
karena semuanya sudah dibangun dengan pagar tembok. Tapi saya menemukan sebuah
petunjuk dimana terdapat sebuah bekas jembatan kecil yang tersamarkan oleh semak-semak
menuju kedalam area pabrik. Perkiraan saya dititik tersebutlah dulunya lokasi
masuk kereta api menuju ke dalam pabrik.
Perkiraan Pintu Masuk Kereta Api Kedalam Pabrik
Perjalanan saya lanjutkan menuju
pintu masuk utama atau gerbang utama PG Colomadu. Waktu itu saya berencana untuk
minta izin kepada securiti yang menjaga pabrik untuk mengambil gambar bangunan
didalam lokasi bekas Pabrik Gula Colomadu. Akan tetapi sayang, kedatangan saya
diwaktu yang kurang tepat. Waktu itu lokasi pabrik digunakan untuk sebuah acara
sehingga tertutup untuk umum. Kecewa pastinya, tapi saya mencoba mencari sisi
lain pabrik yang mungkin bisa ditelusuri lebih dalam. Saya pun bergerak kesisi
utara dan berlanjut ke sisi barat atau tepatnya di bagian belakang pabrik.
Bangunan Utama PG Colomadu
Disisi utara bangunan pabrik, terdapat
sebuah taman bermain yang memanfaatkan bekas sebuah rumah dinas milik PG
Colomadu. Dibagian depannya terdapat sebuah lokomotif uap yang dulunya
digunakan untuk menarik kereta tebu milik PG Colomadu. Dibagian depan lokasi
pabrik gula juga terdapat sebuah kompleks perumahan yang cukup luas.
Bangunannya sendiri bisa dikatakan megah dan berarsitek colonial. Perkiraan
saya, kompleks perumahan tersebut dulunya digunakan sebagai rumah dinas
karyawan atau staf PG Colomadu. Hal tersebut lazim dijumpai di setiap pabrik
gula yang dibangun dimasa lalu.
Akhirnya perjalanan saya tiba dibagian
belakang pabrik. Sama dengan dibagian depan pabrik, disini saya juga menjumpai
kompleks perumahan milik PG Colomadu. Berbeda dengan perumahan yang ada didepan
lokasi pabrik, perumahan yang ada dibelakang ini memiliki ukuran bangunan yang
lebih kecil dan cenderung sederhana. Kompleks tersebut adalah rumah karyawan PG
Colomadu yang memiliki jabatan rendah seperti buruh pabrik yang biasanya di
ampu oleh orang pribumi.
Monumen
Lokomotif Milik PG Colomadu
Kompleks
Perumahan Karyawan di Belakang Pabrik
Selain kompleks
perumahan pegawai PG Colomadu, dibelakang lokasi pabrik saya juga menjumpai
bangunan menyerupai gudang dengan jumlah yang sangat banyak. Bangunan gudang
tersebut memiliki ukuran yang tidak terlalu luas, namun cukup tinggi. Mungkin
setara dengan bangunan berlantai dua. Saya kurang tahu persis bangunan tersebut
dahulu digunakan sebagai apa, karena saya belum pernah menjumpai bangunan
sejenis di pabrik gula ditempat lain. Kini bangunan tersebut dimanfaat
masyarakat sebagai tempat tinggal.
Bangunan
Dibelakang Pabrik Gula Colomadu
Setelah puas menjelajah area
belakang pabrik, sayapun bergerak ke bagian depan untuk menelusuri kompleks
perumahan yang ada di depan pabrik. Di area depan pabrik banyak sekali rumah-rumah
megah berarsitek colonial berdiri dengan berbagai model desain. Area kompleks
sendiri cukup luas. Dari banyaknya rumah yang berdiri, tidak semuanya
berpenghuni dan terawat. Bahkan bisa dikatakan lebih banyak rumah yang kosong
dan tidak terawat dari pada yang berpenghuni. Hal ini tentu sangat disayangkan
karena banyaknya bangunan yang rusak membuat kesan angker dan kumuh. Disebuah
sudut kompleks, saya menjumpai sebuah monumen dimana terdapat patung
Mangkunegara IV dengan tulisan prasasti berbahasa Belanda dan Jawa.
Kompleks
Perumahan Karyawan di Depan PG Colomadu
Monumen
Mangkunegara IV
Akhirnya tanpa terasa perjalanan
saya menyusuri sisa manisnya Pabrik Gula Colomadu selesai sudah. Meskipun tidak
banyak tempat yang bisa saya jangkau karena terbatasnya akses ke lokasi, tetapi
banyak sekali ilmu yang bisa saya dapatkan selama blusukan kali ini. Isu untuk
mengubah lokasi pabrik gula menjadi kawasan modern sebenarya sangat
disayangkan. Seharusnya pemerintah dan pihak terkait bisa merawat peninggalan
bersejarah ini. Bahkan jika memungkinkan besar harapan untuk bisa menghidupkan
kembali pabrik gula tersebut. Seperti pesan yang diwasiatkan oleh Mangkunegara
IV, “Pabrik iki openono, sanajan ora nyugihi anaging nguripi” yang memiliki arti
“Pabrik ini pelihara dan rawatlah, meskipun pabrik ini tidak bisa membuatmu
kaya tapi pabrik ini bisa menghidupimu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar