Kamis, 02 Juli 2015

PABRIK GULA KARTOSURO

 SEJARAH PABRIK GULA KARTASOERA

            Pabrik Gula Kartosuro adalah sebuah pabrik gula yang terletak disebelah barat Kota Solo. Tak banyak orang yang mengetahui sejarah pabrik gula ini. Bahkan catatan sejarah mengenai aktivitas pabrik gula ini pun sangat sedikit. Pabrik gula ini didirikan pada awal abad 19. Berdasarkan angka yang tertera pada sebuah bangunan di lingkungan pabrik tertulis tahun 1918, tetapi dibagian sisi bangunan lainnya tertulis angka 1920. Hal ini sangat berbeda jauh jika melihat dokumentasi foto dari Leiden yang menuliskan keterangan aktivitas Pabrik Gula Kartosoero pada tahun 1906. Hal ini tentu perlu melakukan kajian mendalam terkait tahun dan sejarah berdirinya Suiker Fabriek Kartosoero.
            Sebuah referensi mencatat bahwa aktivitas terakhir pabrik gula ini adalah pada tahun 1981. Setelah itu pabrik resmi ditutup dan dijual ke pihak swasta. Kini bekas bangunan pabrik digunakan sebagai tempat penyimpanan tembakau.


Pabrik Gula Kartosoero Tahun 1906
Sumber: kitlv.nl

Bangunan Utama PG Kartosoero
Sumber: kitlv.nl

Sebuah Bangunan di PG Kartosoero
Sumber: kitlv.nl


Jalur Tebu dan Angkutan Tebu PG Kartosoero Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl

Emplasemen Belakang PG Kartosoero Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl

Aktivitas di Ladang Tebu Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl


Jalur Decauville PG Kartosoero Bersilangan dengan Jalur Kereta Api NIS Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl

Minggu 24 Mei 2015 saya mencoba mencari sisa-sisa kejayaan Pabrik Gula Kartosoero yang merupakan pabrik gula satu-satunya yang pernah berdiri di Kabupaten Sukoharjo. Desa Pabelan menjadi tujuan saya karena disanalah lokasi berdirinya PG Kartosoero berada. Didaerah Gembongan sebelum memasuki area pabrik, saya teringat bahwa menurut peta lawas disana pernah berdiri sebuah halte pemberhentian kereta api. Halte tersebut bernama Halte Gembongan dan merupakan titik pertemuan antara jalur kereta NIS dari Solo ke Boyolali dengan jalur menuju PG Kartosoero. Seperti yang lazim ditemui di tempat lain dimana pabrik gula zaman dahulu selalu terkoneksi dengan jalur kereta api sebagai sarana angkutan distribusi.
            Sampainya di pertigaan Gembongan, saya hanya menemukan sebuah papan asset milik PT. KAI yang tertancap disamping halte Batik Solo Trans. Bangunan Halte Gembongan sendiri memang sudah tidak ada. Menurut sebuah catatan, bangunan halte dahulu hanya terbuat dari kayu dan di rubuhkan seiring dengan matinya jalur kereta dari Solo menuju Boyolali. Lokasi halte sendiri saya prediksikan berada disekitar papan asset milik PT. KAI tersebut.

Pertigaan Gembongan dan Perkiraan Lokasi Halte Gembongan

Sambil berjalan pelan, perjalanan saya lanjutkan menuju lokasi Pabrik Gula Kartosoero yang terletak tidak jauh dari pertigaan Gembongan. Disana saya menjumpai dua jembatan. Jembatan pertama adalah jembatan yang digunakan warga sebagai jalur lalu lintas dan jembatan kedua adalah jembatan tua yang saya perkirakan dulu adalah bekas jembatan kereta api. Persis disamping jembatan saya menemukan sebuah patok milik PT. KAI dengan logo baru.

Bekas Jembatan Kereta Api Menuju PG Kartosoero
            Beranjak dari jembatan perjalanan saya lanjutkan menuju bekas PG Kartosoero. Setiba diarea pabrik saya masih bisa melihat bangunan utama pabrik gula. Akan tetapi sayang, lokasi pabrik di kelilingi dengan pagar tinggi sehingga saya tidak bisa mengintip kondisi didalam pabrik. Bangunan pabrik sendiri bisa dikatakan megah dan mirip dengan bangunan kastil. Dulu dilokasi tersebut pernah digunakan untuk acara uji nyali karena menurut cerita lokasi tersebut angker karena sudah lama tidak digunakan.
            Dibagian barat pabrik saya menjumpai dua bangunan kembar yang mirip dengan bangunan gudang. Kondisinya masih kokoh tapi terkesan tidak terawat. Dibagian atas bangunan tertulis angka 1918. Perjalanan pun saya lanjutkan menyusuri perkampungan dibagian barat pabrik dengan harapan saya akan menemukan kompleks perumahan karyawan PG Kartosoero. Percarian saya tidak membuahkan hasil yang berarti. Saya hanya menjumpai sebuah rumah dengan arsitektur Belanda itupun dengan kondisi yang sudah tidak terawat.
            Perjalanan pun saya lanjutkan menuju area belakang pabrik. Disana saya sedikit bisa melihat halaman tengah pabrik karena pagar yang digunakan kebetulan adalah pagar jeruji besi. Dibagian halaman tengah kondisinya pun tak kalah memprihatinkan. Banyak semak belukar yang tumbuh merusak bangunan pabrik. Bangunan-bangunan di bagian belakang pun sudah banyak yang rusak.
            Pencarian saya lanjutkan ke sisi timur. Disini saya tidak menjumpai kompleks perumahan bekas karyawan pabrik. Bangunan rumah yang berada disisi timur hampir keseluruhan adalah bangunan modern. Akhirnya saya pun kembali ke bagian depan pabrik. Luas area dari PG Kartosoero saat ini menurut saya tidaklah terlalu luas. Mungkin bangunan-bangunan lain telah lama dihancurkan dan diganti dengan bangunan baru. Bahkan kompleks perumahan karyawan pabrik pun hanya tersisa sedikit. Bekas bangunan perumahan pabrik yang masih utuh hanya terletak di bagian depan pabrik, itupun hanya berjumlah dua rumah.




Bangunan Utama PG Kartasura

Bekas Rumah Pegawai PG Kartasura

Bekas Jalur Kereta Menuju Pabrik

Percabangan Jalur dari Stasiun Purwosari Menuju Kartasura dan Boyolali

Memang tidak banyak yang bisa diceritakan dari sejarah kejayaan Pabrik Gula Kartosoero. Namun megahnya bangunan yang masih tersisa seolah mampu memberikan gambaran betapa hebatnya SF Kartosoero zaman dahulu. Kini seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, kejayaan tersebut telah usai. Hanya bekas bangunan pabrik yang menjadi saksi bisu untuk menceritakan kejayaannya dimasa lalu kepada generasi sekarang. Semoga pemerintah dan pihak terkait bisa melestarikan peninggalan bersejarah yang tidak ternilai ini, agar generasi dimasa mendatang tahu betapa majunya industri gula di Tanah Jawa khususnya di Kartosuro.   

Peta Pabrik Gula Kartasura
sumber: kitlv.nl























Tidak ada komentar:

Posting Komentar