SEJARAH PABRIK GULA KARTASOERA
Pabrik Gula Kartosuro adalah sebuah
pabrik gula yang terletak disebelah barat Kota Solo. Tak banyak orang yang
mengetahui sejarah pabrik gula ini. Bahkan catatan sejarah mengenai aktivitas
pabrik gula ini pun sangat sedikit. Pabrik gula ini didirikan pada awal abad
19. Berdasarkan angka yang tertera pada sebuah bangunan di lingkungan pabrik
tertulis tahun 1918, tetapi dibagian sisi bangunan lainnya tertulis angka 1920.
Hal ini sangat berbeda jauh jika melihat dokumentasi foto dari Leiden yang
menuliskan keterangan aktivitas Pabrik Gula Kartosoero pada tahun 1906. Hal ini
tentu perlu melakukan kajian mendalam terkait tahun dan sejarah berdirinya
Suiker Fabriek Kartosoero.
Sebuah referensi mencatat bahwa
aktivitas terakhir pabrik gula ini adalah pada tahun 1981. Setelah itu pabrik
resmi ditutup dan dijual ke pihak swasta. Kini bekas bangunan pabrik digunakan
sebagai tempat penyimpanan tembakau.
Pabrik Gula
Kartosoero Tahun 1906
Sumber: kitlv.nl
Bangunan Utama
PG Kartosoero
Sumber: kitlv.nl
Sebuah Bangunan
di PG Kartosoero
Sumber: kitlv.nl
Jalur Tebu dan
Angkutan Tebu PG Kartosoero Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl
Emplasemen
Belakang PG Kartosoero Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl
Aktivitas di Ladang Tebu Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl
Jalur Decauville
PG Kartosoero Bersilangan dengan Jalur Kereta Api NIS Tahun 1930
Sumber: kitlv.nl
Minggu 24 Mei
2015 saya mencoba mencari sisa-sisa kejayaan Pabrik Gula Kartosoero yang
merupakan pabrik gula satu-satunya yang pernah berdiri di Kabupaten Sukoharjo.
Desa Pabelan menjadi tujuan saya karena disanalah lokasi berdirinya PG
Kartosoero berada. Didaerah Gembongan sebelum memasuki area pabrik, saya
teringat bahwa menurut peta lawas disana pernah berdiri sebuah halte
pemberhentian kereta api. Halte tersebut bernama Halte Gembongan dan merupakan
titik pertemuan antara jalur kereta NIS dari Solo ke Boyolali dengan jalur menuju
PG Kartosoero. Seperti yang lazim ditemui di tempat lain dimana pabrik gula
zaman dahulu selalu terkoneksi dengan jalur kereta api sebagai sarana angkutan
distribusi.
Sampainya di pertigaan Gembongan,
saya hanya menemukan sebuah papan asset milik PT. KAI yang tertancap disamping
halte Batik Solo Trans. Bangunan Halte Gembongan sendiri memang sudah tidak
ada. Menurut sebuah catatan, bangunan halte dahulu hanya terbuat dari kayu dan
di rubuhkan seiring dengan matinya jalur kereta dari Solo menuju Boyolali. Lokasi
halte sendiri saya prediksikan berada disekitar papan asset milik PT. KAI
tersebut.
Pertigaan
Gembongan dan Perkiraan Lokasi Halte Gembongan
Sambil berjalan pelan, perjalanan saya lanjutkan
menuju lokasi Pabrik Gula Kartosoero yang terletak tidak jauh dari pertigaan
Gembongan. Disana saya menjumpai dua jembatan. Jembatan pertama adalah jembatan
yang digunakan warga sebagai jalur lalu lintas dan jembatan kedua adalah
jembatan tua yang saya perkirakan dulu adalah bekas jembatan kereta api. Persis
disamping jembatan saya menemukan sebuah patok milik PT. KAI dengan logo baru.
Bekas
Jembatan Kereta Api Menuju PG Kartosoero
Beranjak dari jembatan perjalanan
saya lanjutkan menuju bekas PG Kartosoero. Setiba diarea pabrik saya masih bisa
melihat bangunan utama pabrik gula. Akan tetapi sayang, lokasi pabrik di
kelilingi dengan pagar tinggi sehingga saya tidak bisa mengintip kondisi
didalam pabrik. Bangunan pabrik sendiri bisa dikatakan megah dan mirip dengan
bangunan kastil. Dulu dilokasi tersebut pernah digunakan untuk acara uji nyali
karena menurut cerita lokasi tersebut angker karena sudah lama tidak digunakan.
Dibagian barat pabrik saya menjumpai
dua bangunan kembar yang mirip dengan bangunan gudang. Kondisinya masih kokoh
tapi terkesan tidak terawat. Dibagian atas bangunan tertulis angka 1918.
Perjalanan pun saya lanjutkan menyusuri perkampungan dibagian barat pabrik
dengan harapan saya akan menemukan kompleks perumahan karyawan PG Kartosoero.
Percarian saya tidak membuahkan hasil yang berarti. Saya hanya menjumpai sebuah
rumah dengan arsitektur Belanda itupun dengan kondisi yang sudah tidak terawat.
Perjalanan pun saya lanjutkan menuju
area belakang pabrik. Disana saya sedikit bisa melihat halaman tengah pabrik karena
pagar yang digunakan kebetulan adalah pagar jeruji besi. Dibagian halaman
tengah kondisinya pun tak kalah memprihatinkan. Banyak semak belukar yang
tumbuh merusak bangunan pabrik. Bangunan-bangunan di bagian belakang pun sudah
banyak yang rusak.
Pencarian saya lanjutkan ke sisi
timur. Disini saya tidak menjumpai kompleks perumahan bekas karyawan pabrik.
Bangunan rumah yang berada disisi timur hampir keseluruhan adalah bangunan
modern. Akhirnya saya pun kembali ke bagian depan pabrik. Luas area dari PG
Kartosoero saat ini menurut saya tidaklah terlalu luas. Mungkin
bangunan-bangunan lain telah lama dihancurkan dan diganti dengan bangunan baru.
Bahkan kompleks perumahan karyawan pabrik pun hanya tersisa sedikit. Bekas
bangunan perumahan pabrik yang masih utuh hanya terletak di bagian depan
pabrik, itupun hanya berjumlah dua rumah.
Bangunan Utama PG Kartasura
Bekas Rumah Pegawai PG Kartasura
Bekas Jalur Kereta Menuju Pabrik
Percabangan Jalur dari Stasiun Purwosari Menuju Kartasura dan Boyolali
Memang tidak banyak yang bisa diceritakan dari
sejarah kejayaan Pabrik Gula Kartosoero. Namun megahnya bangunan yang masih
tersisa seolah mampu memberikan gambaran betapa hebatnya SF Kartosoero zaman
dahulu. Kini seiring berjalannya waktu dan bergantinya zaman, kejayaan tersebut
telah usai. Hanya bekas bangunan pabrik yang menjadi saksi bisu untuk
menceritakan kejayaannya dimasa lalu kepada generasi sekarang. Semoga
pemerintah dan pihak terkait bisa melestarikan peninggalan bersejarah yang
tidak ternilai ini, agar generasi dimasa mendatang tahu betapa majunya industri
gula di Tanah Jawa khususnya di Kartosuro.
Peta Pabrik Gula Kartasura
sumber: kitlv.nl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar