Rabu, 16 Desember 2015

PABRIK GULA COKRO TULUNG

JEJAK PABRIK GULA COKROTULUNG

          Pabrik Gula Cokrotulung adalah salah satu pabrik gula yang pernah dibangun diwilayah Kabupaten Klaten. Menurut sejarahnya, pabrik ini didirikan pada tahun 1840 oleh pemerintah Hindia Belanda. Lokasi pabrik gula sendiri berada di Kecamatan Tulung yang terkenal dengan sumber airnya yang melimpah. Masa kejayaan Pabrik Gula Cokrotulung berakhir pada tahun 1942 ketika pasukan Dai Nipon datang menjajah Indonesia. Dari sembilan pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Klaten, pabrik ini merupakan salah satu yang terbesar.

Peta Lokasi Pabrik Gula Cokrotulung
Sumber: kitlv.nl

            Jika dilihat dari peta lawas Pabrik Gula Cokrotulung, pabrik tersebut memiliki jalur lori (decauville) yang cukup panjang. Bahkan menurut beberapa referensi, panjang decauville yang dimiliki PG Cokrotulung mencapai 120 kilometer hingga Kecamatan Musuk Boyolali. Bangunan utama Pabrik Gula Cokrotulung kini sudah habis tak tersisa. Dibekas lokasi pabrik kini digunakan sebagai lokasi Pasar Cokro Kembang. Sedangkan untuk bangunan pendukung pabrik seperti rumah pegawai dahulu terbentang dari barat hingga utara yang kini menjadi Dusun Loji Anyar.


Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1905 dan Bekas Lokasinya
Sumber: kitlv.nl


Bangunan Utama Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1905 dan 1920
Sumber: kitlv.nl

Mesin Penggiling Tebu Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1905
Sumber: kitlv.nl

Jalur Lori (Decauville) Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1905
Sumber: kitlv.nl

Angkutan Tebu Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1905
Sumber: kitlv.nl

Angkutan Kayu dari Stasiun Jebres Solo ke Pabrik Gula Cokrotulung
Sumber: kitlv.nl

Rumah Dinas Administrateur Pabrik Gula Cokrotulung Tahun 1900
Sumber: kitlv.nl

Bekas Lokasi Gudang Gula Pabrik Gula Cokrotulung

Bekas Rel Lori Pabrik Gula Cokrotulung

Perkiraan Bekas Pondasi Bangunan Pabrik Gula Cokrotulung

            Seperti halnya pabrik gula lain, sebagai cara untuk pendistribusian hasil industri dan bahan baku, Pabrik Gula Cokrotulung juga terhubung dengan Stasiun Delanggu untuk mendistribusikan gula dan tetes tebu ke kota-kota yang ada di Pulau Jawa. Namun seiring hancurnya pabrik ditahun 1942, jalur tersebut kini sudah raib tak berbekas.


Angkutan Material ke Stasiun Delanggu dan Halte Poelon Circa 1905
Sumber: kitlv.nl

Stasiun Delanggu Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl










PABRIK GULA PONGOK

PABRIK GULA PONGGOK

            Pabrik Gula Ponggok adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Klaten. Lokasi pabrik gula ini berada di Desa Ponggok atau berada di sekitar Umbul Ponggok yang terkenal dengan wisata snorkeling nya. Bangunan pabrik sendiri kini memang sudah tak bersisa sama sekali karena telah tergantikan dengan pemukiman warga. Tak banyak referensi sejarah mengenai aktivitas pabrik gula ini. Bahkan alasan hancurnyanya pabrik gula inipun juga belum diketahui secara pasti apakah karena krisis malaise tahun 1929, pendudukan Jepang, atau perang revolusi tahun 1949. Mungkin satu-satunya saksi bisu mengenai keberadaan Pabrik Gula Ponggok adalah keberadaan Umbul Ponggok yang dahulu dijadikan sumber air bagi pabrik gula.

Peta Lokasi Pabrik Gula Ponggok
Sumber: kitlv.nl


            Jika diamati dari peta lawas, sebenarnya lokasi antara Pabrik Gula Cokrotulung, Ponggok, Karanganom, dan Gedaren tidaklah terlalu jauh. Mungkin jarak masing-masing hanya berkisar 5 kilometer saja. Banyaknya pabrik gula yang pernah berdiri di area tersebut (Kecamatan Tulung, Karanganom, dan Jatinom) dikarenakan tanahnya yang subur dan luas serta banyaknya sumber mata air (umbul) yang bisa dijumpai diwilayah tersebut. Bahkan dimusim kemaraupun jumlah air tetap melimpah.

Pabrik Gula Ponggok Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl

 Bekas Lokasi Pabrik Gula Ponggok





PABRIK GULA DELANGGU

PABRIK GULA DELANGGU ATAU
PABRIK KARUNG GONI DELANGGU (?)

            Pabrik Gula Delanggu adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Klaten. Lokasi pabrik gula ini berada di Kecamatan Delanggu dan tidak jauh dari jalan raya Solo – Jogja. Pabrik gula yang lebih dikenal masyarakat sebagai pabrik karung goni ini memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Menurut beberapa referensi menyebutkan  bahwa Pabrik Gula Delanggu didirikan pada tahun 1917, namun jika dilihat dari arsip yang bersumber dari Library Leiden University, aktivitas pabrik gula ini sudah dimulai di pertengahan abad 18.
            Pada tahun 1871 luas perkebunan tebu diwilayah Delanggu pernah mencapai 404 bau yang bisa menghasilkan tebu sebanyak 16.183 pikul. Hal inilah yang membuat Pabrik Gula Delanggu termasuk salah satu pabrik gula besar yang pernah berdiri diwilayah Klaten. Seiring dengan berjalannya waktu, pabrik gula ini akhirnya harus menyerah pada krisis malaise yang terjadi di tahun 1930. Banyaknya produksi gula yang tidak diimbangi dengan serapan konsumsi pasar membuat pabrik gula ini ditutup guna mengendalikan produksi gula di Jawa.
            Pada tahun 1933 pemerintah Hindia Belanda akhirnya menutup pabrik gula ini dan mengubahnya menjadi pabrik karung goni. Pada waktu itu, wilayah perkebunan tebu dirubah menjadi perkebunan rami atau rossela sebagai bahan baku utama pembuat karung goni. Seiring dengan berjalannya waktu, Pabrik Karung Goni Delanggu semakin berkembang pesat. Bahkan wilayah operasinya hingga ke daerah Wonosari, Juwiring, dan Polanharjo.
            Ketika Jepang berhasil menguasai Indonesia pada tahun 1942, Pabrik Karung Goni Delanggu semakin bertambah maju. Hal ini dikarenakan pemerintah Dai Nipon memiliki kebijakan untuk mengurangi tanaman perdagangan dan menggantinya dengan tanaman padi sebagai suplai bahan pangan bagi tentara Jepang yang berperang. Karung goni menjadi sangat penting sebagai wadah beras yang akan di kirim ke barak-barak tentara.

Peta Lokasi Pabrik Gula Delanggu
Sumber: kitlv.nl

Pabrik Gula Delanggu Tahun 1897
Sumber: kitlv.nl

            Saat Indonesia merdeka Pabrik Karung Goni Delanggu dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Bahkan pada waktu itu, pabrik tersebut sempat menjadi pabrik karung goni terbesar di Asia Tenggara. Pada saat terjadi pergolakan PKI di Indonesia pada tahun 1965 banyak pegawai pabrik yang ditangkap bahkan dibunuh karena dituduh sebagai anggota PKI. Oleh karena peristiwa tersebut, pabrik secara perlahan ditutup karena banyak pegawainya yang menjadi korban PKI. Selain itu kemajuan teknologi dimana hadirnya plastik sebagai sarana pembungkus turut menjadikan pabrik ini bangkrut dan akhirnya ditutup.


Mesin Giling dan Rumah Administrateur Pabrik Gula Delanggu Tahun 1897
Sumber: kitlv.nl

Kini bekas bangunan utama Pabrik Karung Goni Delanggu dan beberapa bangunan pendukungnya masih kokoh berdiri. Akan tetapi sayang bangunan-bangunan tersebut kini rusak dan terkesan kumuh. Hal ini tentu saja sangat beralasan karena selama puluhan tahun bangunan tersebut mangkrak tak berpenghuni.

Pintu Gerbang Pabrik Karung Goni Delanggu

Bangunan Kantor Pabrik Karung Goni Delanggu


Bangunan di Sisi Timur Pabrik Karung Goni Delanggu



Reruntuhan Rumah Pegawai di Sisi Utara

 Rumah Pegawai di Sisi Selatan

Stasiun Delanggu Terhubung dengan Pabrik Gula Delanggu Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl











PABRIK GULA CEPER

MEGAHNYA PABRIK GULA CEPER

            Pabrik Gula Ceper adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Klaten. Pabrik gula ini memiliki area yang cukup luas, bahkan lebih luas jika dibandingkan dengan Pabrik Gula Gondang Winangun. Diawal abad 19, Pabrik Gula Ceper sudah memulai aktivitas produksi gulanya. Kapasitas produksinya yang besar berdampak pada luasnya area perkebunan tebu yang dimilikinya.
            Menurut beberapa referensi, pabrik gula ini ditutup oleh pemerintah pada tahun 1998. Mungkin krisis ekonomi yang terjadi waktu itu turut menyebabkan pabrik ini bangkrut dan harus dihentikan operasionalnya. Selain itu menurut keterangan dari karyawan Pabrik Gula Gondang Winangun, alasan penutupan Pabrik Gula Ceper adalah besarnya kapasitas produksi yang tidak sebanding dengan pasokan tebu, sehingga mengakibatkan inefisiensi operasional pabrik.

Peta Lokasi Pabrik Gula Ceper
Sumber: kitlv.nl


            Meskipun pabrik gula ini sudah tidak aktif beroperasi, namun bangunan utama pabrik beserta bangunan pendukung lainnya masih bisa di jumpai. Disisi selatan pabrik masih bisa dijumpai beberapa rumah dinas pegawai pribumi milik Pabrik Gula Ceper. Bangunan-bangunan rumah tersebut sampai saat ini masih dihuni oleh masyarakat. Tak jauh dari lokasi pabrik terdapat sebuah bekas jembatan lori yang saat ini telah dimodifikasi menjadi jembatan jalan raya penghubung antar desa.

Pabrik Gula Ceper Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl

            Dibagian sisi barat pabrik masih terdapat sebuah alat crane yang dahulu digunakan untuk menimbang tebu dan memindahkan tebu dari truk kedalam lori. Dibagian pintu masuk pabrik juga terdapat sebuah lokomotif uap yang dijadikan monumen. Pabrik Gula Ceper dahulu memiliki jalur kereta api yang terhubung dengan Stasiun Ceper yang berada disisi utara pabrik. Hal ini digunakan sebagai sarana angkutan hasil industri seperti tebu dan tetes tebu serta angkutan bahan baku pabrik.
            Seiring dengan berjalannya waktu, jalur kereta api penghubung antara Pabrik Gula Ceper dan Stasiun Ceper di non aktifkan. Hal ini karena seluruh angkutan distribusi hasil industri digantikan menggunakan truk. Hal ini juga turut berdampak pada menurunnya pamor Stasiun Ceper. Stasiun yang dulu ramai dengan aktivitas penumpang dan angkutan distribusi barang kini tampak sepi.

Angkutan Tebu Pabrik Gula Ceper Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl

Bekas Jembatan Didekat Pabrik Gula Ceper

            Berhentinya aktivitas produksi di Pabrik Gula Ceper sangat berdampak pada nasib bangunan pabrik. Saat ini kondisi bangunan pabrik yang megah tersebut banyak mengalami kerusakan. Banyaknya rumput ilalang yang meninggi turut memperparah kondisi pabrik. Bahkan banyak masyarakat sekitar yang mengidentikkan tempat bersejarah tersebut dengan kesan angker dan menakutkan.

Salah Satu Sudut Bangunan Pabrik

Pabrik Gula Ceper dari Sisi Barat

Pintu Gerbang Pabrik Gula Ceper

Bekas Crane Pabrik Gula Ceper


Bangunan Utama Pabrik Gula Ceper

Sumber: pandumanual.blogspot.co.id

Bangunan Utama Pabrik Gula Ceper
Sumber: pandumanual.blogspot.co.id

Komplek Pabrik Gula Ceper

Sumber: sixmoment.com/klati_project

Stasiun Ceper 





  


PABRIK GULA MANISHARJO

BANGKRUTNYA PABRIK GULA MANISHARJO

            Pabrik Gula Manisharjo adalah salah satu pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Klaten. Lokasi pabrik gula ini tepatnya berada di Kecamatan Pedan Klaten. Menurut sejarahnya, Pabrik Gula Manisharjo didirikan oleh Sinuwun Paku Buwono X bersama dengan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1901. Pendirian pabrik gula ini mengakibatkan seluruh lahan pertanian di daerah Pedan ditanami dengan tanaman tebu. Luasnya area perkebunan tebu juga turut berdampak pada meningkatnya jumlah kebutuhan air untuk irigasi.
            Pada waktu itu Sinuwun Pabukuwono X dan Pemerintah Hindia Belanda mengetahui keberadaan Rowo Jombor yang memiliki ketersediaan air yang melimpah. Akhirnya pada tahun 1917 dibuatlah saluran irigasi dengan membuat terowongan sepanjang satu kilometer menerobos pegunungan yang mengelilingi rawa. Pekerjaan tersebut akhirnya selesai pada tahun 1921. Dan setiap tahunnya Sinuwun selalu mengunjungi Rowo Jombor untuk menikmati pemandangan disana dan naik perahu.

Peta Lokasi Pabrik Gula Manisharjo
Sumber: kitlv.nl

Pada saat masa penjajahan Jepang, pengelolaan Pabrik Gula Manisharjo diambil alih oleh tentara Dai Nipon. Akibat pengambilalihan tersebut Pabrik Gula Manisharjo menjadi bangkrut. Pada Tahun 1943 hingga 1944, Rawa Jombor oleh Pemerintah Jepang dijadikan waduk dengan dibangunnya tanggul disekeliling rawa dengan menggunakan tenaga romusha. Akibat pembangunan tersebut luas rawa mengalami penyusutan dari 500 hektar menjadi 180 hektar.

Rumah Administrateur Pabrik Gula Manisharjo Tahun 1921
Sumber: kitlv.nl

            Bangkrutnya Pabrik Gula Manisharjo turut berdampak pada nasib bangunan pabrik tersebut. Kini bangunan pabrik sudah hilang tak bersisa dan telah berubah menjadi kawasan pemukiman yang padat. Belum ada catatan sejarah yang pasti mengenai alasan hancurnya bangunan Pabrik Gula Manisharjo. Namun berdasarkan informasi yang berhasil dikumpulkan dari beberapa warga sekitar yang telah berusia antara 70 hingga 90 tahun, hancurnya bangunan pabrik gula tersebut terjadi pada masa pendudukan Jepang. Hal ini didasarkan pada keterangan warga sekitar yang menyatakan bahwa bangunan pabrik sudah musnah sebelum Indonesia merdeka.

Rumah Administrateur Pabrik Gula Manisharjo Tahun 1925
Sumber: kitlv.nl

Perkampungan Pegawai Pribumi Pabrik Gula Manisharjo Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl
Melacak sisa-sisa keberadaan Pabrik Gula Manisharjo memang sangat sulit dilakukan. Lokasinya yang telah menjadi pemukiman penduduk membuat bekas keberadaan pabrik sangat sulit dilacak. Bahkan tak semua warga yang telah berusia lanjut disana masih mengingat keberadaan Pabrik Gula Manisharjo. Satu-satunya bukti yang bisa menjadi petunjuk akan keberadaan pabrik gula di area tersebut adalah adanya beberapa bekas besi rel lori yang bisa dijumpai dibeberapa titik.


Area Bekas Pabrik Gula Manisharjo