MENELUSURI SEJARAH PABRIK GULA COLOMADU
Pada hari Minggu tanggal 20
September 2015, saya bersama dengan teman-teman pecinta sejarah mengikuti acara
bertajuk blusukan pabrik gula di bekas lokasi Pabrik Gula Colomadu Karanganyar.
Acara tersebut diselengarakan oleh Komunitas Lakulampah. Ini adalah serangkaian
acara yang bertema pabrik gula yang nanti akan di sambung di Pabrik Gula
Tasikmadu Karanganyar pada bulan Oktober mendatang. Pada acara kali ini peserta
terdiri dari beberapa kalangan, seperti: pelajar, mahasiswa, pencinta sejarah,
umum, dan wartawan.
Sedikit melihat kebelakang mengenai
sejarah pendirian Pabrik Gula Colomadu, pabrik tersebut didirikan pada tahun
1861 yang diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegara IV. Beliau mendirikan pabrik gula
tersebut selain dengan menggunakan uang pribadinya juga dengan mendapatkan
pinjaman uang dari teman dekatnya yaitu seorang mayor China bernama Be Biauw
Tjwan di Semarang. Tak tanggung-tanggung, biaya pembangunan pabrik gula pada
waktu itu menelan biaya sebesar f 400.000.
KGPAA Mangkunegara IV mempercayakan
pembangunan pabrik tersebut pada seorang arsitek Jerman bernama R. Kampf.
Pembangunan pabrik sendiri dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu
tahun. Seiring dengan berjalannya waktu dan sepeninggalan KGPAA Mangkunegaran
IV, PG Colomadu banyak mengalami pasang surut. Bahkan pabrik ini tercatat
pernah dijual ke pemerintah kolonial untuk menutup hutang-hutang penerus
Mangkunegara IV yang terkenal boros.
Colomadu memiliki makna Gunung Madu.
Mangkunegara IV sebagai pendiri pabrik ini memiliki harapan agar kehadiran
pabrik gula ini mampu memberikan kesejahteraan bagi praja Mangkunegara dan
masyarakat Mangkunegara. Pasca kemerdekaan pengelolaan Pabrik Gula Colomadu
diambil alih oleh pemerintah. Nasib naas PG Colomadu terjadi pada tahun 1997.
Krisis ekonomi dan mahalnya biaya perawatan dan operasional waktu itu membuat
pabrik ini dikorbankan demi mempertahankan pabrik gula yang lain seperti
Tasikmadu. Akhirnya pada tahun 1997 PG Colomadu melakukan penggilingan terakhir
yang kemudian pada tahun 1998 diikuti dengan penutupan pabrik untuk selamanya.
Pabrik Gula
Colomadu Tahun 1920
Sumber: kitlv.nl
Pabrik Gula
Colomadu Tahun 2015
Sejarah PG Colomadu yang panjang
inilah yang melatarbelakangi Komunitas Lakukampah mengadakan acara blusukan di
lokasi Pabrik Gula Colomadu. Pada acara blusukan yang dimulai pada pukul
sembilan pagi tersebut, pertama-tama peserta diajak berziarah ke sebuah komplek
pemakaman yang terletak di Kampung Malangjiwan. Lokasinya tidak begitu jauh
dari lokasi pabrik berdiri.
Dikomplek
pemakaman tersebut dipercaya terdapat sebuah makam salah satu selir dari
Mangkunegara IV yang terkenal dengan nama Nyi Pulungsih. Beliau adalah wanita
keturunan Tionghoa yang turut andil dalam pembiayaan pembangunan Pabrik Gula
Colomadu. Dilokasi makam, panitia juga sempat menceritakan sejarah singkat yang
berkaitan dengan Nyi Pulungsih.
Pada
zaman dahulu saat PG Colomadu masih aktif beroperasi, sebelum melakukan proses
giling selalu diadakan acara Cembengan (Cembrengan) di makam tersebut. Hal
tersebut dipercaya akan memperlancar proses giling tebu. Tradisi Cembengan
sendiri sebenarnya berasal dari tradisi Tionghoa yang kemudian diadopsi oleh
Mangkunegara IV dan dimodifikasi seuai dengan adat Jawa. Sampai saat ini
dibeberapa pabrik gula masih melaksanakan tradisi Cembengan sebelum melakukan
proses giling tebu.
Makam
Nyi Pulungsih di Malangjiwan Colomadu
Peserta
Berziarah di Makam Nyi Pulungsih
Beranjak
dari area makam, peserta kemudian diajak mengunjungi monumen Mangkunegara IV
yang terletak di komplek bekas perumahan karyawan PG Colomadu. Diarea monumen
tersebut terdapat sebuah patung Mangkunegara IV dengan beberapa prasasti yang
ada di bagian sisi bawahnya. Monumen tersebut juga menjadi tempat wajib dalam
tradisi Cembengan selain makam Nyi Pulungsih.
Peserta dari
Makam Nyi Pulungsih Menuju Monumen Mangkunegara IV
Monumen
Mangkunegara IV
Dari lokasi monumen Mankunegara IV,
rombongan kemudian kembali ke kompleks area PG Colomadu. Kali ini rute blusukan
adalah bangunan-bangunan yang ada di dalam lingkungan pabrik. Bangunan pertama
yang dikunjungi adalah stasiun remise dan garasi bus milik PG Colomadu yang
berada disebelah selatan pabrik. Stasiun remise adalah sebuah tempat yang digunakan
untuk menyimpan lokomotif kereta pengangkut tebu. Didalam stasiun tersebut saya
juga masih bisa menjumpai sebuah potongan lokomotif yang sudah berkarat. Disana
juga terdapat sebuah bus sekolah yang dulu digunakan untuk mengantar anak-anak
pegawai PG Colomadu kesekolah.
Perjalananpun dilanjutkan menuju ke
sisi paling selatan pabrik. Dibagian tersebut terdapat sebuah bangunan yang
lumayan besar yang berfungsi sebagai aula. Bangunan tersebut kini sudah tidak
digunakan. Rombongan kemudian berjalan kebagian belakang pabrik. Disini peserta
harus berhati hati karena jalan setapak yang dilalui banyak yang telah ditutupi
rumput ilalang yang lebat. Ancaman dari hewan-hewan liarpun juga perlu
diwaspadai.
Dibagian belakang pabrik terdapat
beberapa bangunan dan diantaranya adalah bangunan baru yang didirikan pada
tahun 1920-an. Disisi ini kondisi bangunan sudah banyak yang tidak terawat.
Wajar saja, pabrik ini sudah ditutup 18 tahun silam sehingga kesan kotor dan
“angker” pun sangat mendominasi. Sembari berjalan menyusuri jalan setapak,
panitia juga menjelaskan beberapa sejarah penting tentang perjalanan
pembangunan Pabrik Gula Colomadu ini.
Bangunan Stasiun
Remise Pabrik Gula Colomadu
Bekas Bus
Sekolah Milik Pabrik Gula Colomadu
Bekas Lori
Tender Milik PG Colomadu
Area Selatan
Pabrik
Bangunan Pabrik
di Sisi Selatan
Akhirnya perjalanan kami tiba di
bagian belakang pabrik. Diarea ini banyak didominasi oleh semak belukar yang
sangat lebat. Pada waktu itu panitia sempat menyinggung rencana pembangunan super block diarea PG Colomadu.
Disekitar komplek PG Colomadu memang diwacanakan akan dibangun kawasan elit
seperti mall dan apartemen. Bahwan wacana tersebut sempat memunculkan
kontroversi beberapa waktu yang lalu.
Sesuai dengan keterangan yang saya
peroleh dari panitia, sisi utara pabrik yang dulu merupakan bekas ladang tebu
rencananya akan dialihfungsikan sebagai kawasan super block. Sedangkan untuk bangunan utama pabrik sendiri akan
direnovasi dan dimanfaatkan sebagai gedung pertemuan. Semisal rencana tersebut
terwujud, saya berharap komplek bangunan PG Colomadu masih dapat dipertahankan
dan dilestarikan.
Tak terasa kami tiba dibagian utara
pabrik. Disini kami kembali menjumpai bangunan stasiun remise dengan ukuran
yang lebih kecil. Didalam bangunan tersebut saya juga menjumpai banyak
potongan-potongan kereta lokomotif yang sudah berkarat. Sayang sekali memang,
benda yang memiliki nilai sejarah tersebut di terlantarkan begitu saja.
Peserta
Menelusuri Bagian Belakang Pabrik
Stasiun Remise
Pabrik Gula Colomadu di Sisi Utara
Potongan
Lokomotif di Dalam Stasiun Remise
Dibagian depan bangunan utama
pabrik, kami telah ditunggu oleh dua orang karyawan PG Colomadu. Beliaulah yang
akan mengantarkan kami masuk kedalam bangunan utama pabrik. Begitu rombongan
sudah berkumpul didepan bangunan utama, kamipun segera masuk ke dalam bangunan
pabrik yang memiliki ukuran yang cukup besar tersebut.
Didalam bangunan utama pabrik masih
banyak dijumpai alat-alat produksi gula. Ukurannya bisa dikatakan sangat besar.
Tak terbayangkan betapa mengagumkannya dahulu saat alat-alat tersebut masih
aktif memproduksi gula. Masuk kebagian tengah bangunan, banyak mesin-mesin
berbentuk tabung masih berjajar rapi pada tempatnya. Disana saya juga sempat
menjumpai tungku-tungku pembakaran yang memiliki saluran langsung ke cerobong
utama PG Colomadu.
Dibagian ruangan depan masih
terlihat sebuah jalur kereta api yang dulu digunakan untuk mengangkut tetes
tebu dari PG Colomadu ke Stasiun Purwosari Solo. Disisi utara terdapat sebuah
aula yang cukup besar yang pada masanya digunakan sebagai bengkel untuk memperbaiki
alat-alat pabrik yang rusak. Menurut keterangan dari pegawai PG Colomadu,
alat-alat penggilingan yang terbuat dari besi tersebut sebagian besar adalah
buatan Jerman. Tak terbayangkan betapa mahalnya harga alat-alat tersebut dimasa
lalu.
Peserta Memasuki
Bangunan Utama Pabrik Gula Colomadu
Bekas Jalur
Kereta Api Milik NIS
Alat Produksi Gula
di Bagian Belakang
Ruangan di
Bagian Belakang
Bekas Tungku
Pembakaran
Cerobong Asap
Pabrik Gula Colomadu
Mesin Giling Pabrik
Gula Colomadu
Bangunan Utama
Pabrik Gula Colomadu
Setelah puas berkeliling di dalam
bangunan utama pabrik, perjalananpun kami lanjutkan menuju ke bekas rumah
tinggal kepala Pabrik Gula Colomadu yang berada disisi utara. Bangunan tersebut
bernuansa indische dengan beberapa
taman kecil dibagian depannya. Di teras bangunan peserta diberi waktu untuk
beristirahat sejenak sembari menikmati minuman dingan dan camilann tradisional
yang telah disediakan oleh panitia. Siang itu cuaca memang sangat terik,
sehingga perjalanan mengelilingi pabrikpun cukup banyak menguras tenaga.
Setelah cukup beristirahat, peserta
diajak mengelilingi bekas rumah kepala PG Colomadu tersebut. Dibagian belakang
rumah terdapat sebuah taman dengan kolam kecil yang menghiasinya. Bangunan
tersebut saat ini sudah tidak digunakan sebagai tempat tinggal, sehingga kesan
kotor agak sedikit muncul.
Setelah berkeliling mengitari rumah
administrator PG Colomadu, peserta kembali melanjutkan perjalanan ke sebuah bangunan
bekas stasiun pengisian bahan bakar yang berada di halaman pabrik. Hal yang
unik dari stasiun bahan bakar tersebut adalah masih digunakannya satuan dolar
untuk menunjukkan jumlah nomina pembayaran. Alat pengukur takaran bahan bakar
pun juga masih lawas.
Waktu telah menunjukkan pukul dua
belas siang. Akhirnya selesai sudah seluruh rangkaian acara blusukan di
lingkungan Pabrik Gula Colomadu. Banyak ilmu dan pelajaran yang bisa saya ambil
dalam perjalanan kali ini. Besar harapan saya agar peninggalan yang penuh
sejarah ini dapat dirawat dan dilestarikan dengan baik, agar generasi mendatang
dapat mengetahui betapa hebatnya Colomadu dimasa lalu.
Rumah Kepala
Pabrik Gula Colomadu
Bekas Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Pabrik Gula Colomadu
Peserta Buslukan
Pabrik Gula Colomadu
Sumber:
Lakulampah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar