Siapa yang tidak kenal dengan gula.
Serbuk putih manis yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
pelengkap dalam membuat minuman teh atau kopi ini ternyata memiliki sejarah
yang panjang. Gula berasal dari tanaman tebu yang notabene bukan tanaman asli
Indonesia. Jika dirunut dari sejarahnya, tanaman tebu mulai masuk di Indonesia
dibawa oleh saudagar dari India dan Arab yang melakukan perdagangan di
Indonesia sebelum kedatangan bangsa Belanda. Pada masanya tebu diolah dengan
menggunakan cara yang masih primitif untuk menghassilkan gula. Gula pun pada
kala itu hanya digunakan untuk konsumsi terbatas, belum diperjual belikan
secara luas atau bahkan belum menjadi bahan komoditi perdagangan yang utama.
Proses pengelolaan tebu kala itu
masih menggunakan tenaga manusia dan hewan, dimana tenaga manusia dan hewan
dibutuhkan untuk memutar alat penggiling untuk memeras tebu. Proses pengepresan
atau penggilingan tebu dengan skala yang agak besar mulai dilakukan pada abad
17 di Batavia yang dilakukan oleh orang Tionghoa. Akan tetapi pada waktu itu
teknologi yang digunakanpun juga masih sederhana.
Seiring dengan kedatangan bangsa
Belanda yang menjajah bangsa Indonesia, beberapa wilayah di Indonesiapun
dijadikan wilayah perkebunan oleh pemerintah kolonial sesuai dengan
karakteristik wilayah masing-masing sebagai sumber pemasukan bagi pemerintah kolonial
kala itu. Sebagai contoh perkebunan Karet untuk wilayah Sumatera, perkebunan Pala
untuk wilayah Sulawesi, perkebunan Teh, Kopi, Kina, dan Tebu untuk wilayah
Jawa. Seiring berjalannya waktu, banyak pemodal-pemodal besar bermunculan yang
berdampak pada perkembangan industri perkebunan. Salah satu industri yang
mengalami perkembangan yang pesat kala itu adalah Industri gula.
Perkembangan industri gula dimulai
pada tahun 1830, dimana mulai bermunculan pabrik pengolahan tebu yang telah
menggunakan mesin import yang belum pernah digunakan sebelumnya. Seiring dengan
berjalannya waktu, jumlah pabrik gula modern pun banyak bermunculan di pulau Jawa.
Gula tidak hanya di perdagangkan di dalam negeri, melainkan telah berubah
menjadi komoditi eksport yang berharga. Gula menjadi penyumbang penghasilan
yang besar bagi pemerintah kolonial kala itu. Bahkan sebelum tahun 1930, hasil
eksport dari komoditi gula menyumbang seperempat pendapatan pemerintah Hindia
Belanda.
Pabrik Gula
Tjokro Toeloong
Sumber: kitlv.nl
Pesatnya perkembangan industri gula
di Pulau Jawa pada tahun 1930, membuat Pulau Jawa sebagai lumbung gula bagi
pemerintah Hindia Belanda. Bahkan pada tahun tersebut Pulau Jawa memiliki 179
pabrik gula dan 16 perusahaan tebu yang mengantar Jawa sebagai penghasil gula
terbesar kedua setelah Cuba.
Setelah usainya Perang Dunia I, pada
tahun 1930 diadakan persetujuan “Chad Bourne” yang menyatakan bahwa Jawa harus
mengurangi produksi gulanya dari 3 juta ton gula menjadi 1,4 juta ton gula. Dan
dari jumlah tersebut hanya 1 juta ton saja yang boleh di eksport. Hal ini
dilakukan untuk mengendalikan pesatnya industri gula di dunia. Akibat Perang
Dunia II, ekonomi dunia semakin memburuk karena munculnya krisis moneter
diberbagai belahan dunia. Hal ini pun juga berimbas pada perkembangan industri
gula di Jawa sehingga banyak pabrik yang terpaksa ditutup.
Seiring dengan kekalahan bangsa
Belanda atas Indonesia banyak pabrik gula yang ditutup atau bahkan dihancurkan
sebagai simbol kemenangan bangsa Indonesia atas penjajah. Pabrik gula yang kala
itu masih memiliki potensi diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Industri
gula di Jawa dari tahun ketahun semakin mengalami penurunan. Infrastruktur yang
tua yakni warisan dari pemerintah kolonial serta manajemen industri yang kurang
tepat serta tidak adanya peremajaan infrastruktur industri yang laik menjadikan
produksi industri gula di Jawa merosot tajam. Bahkan kini banyak pabrik gula
yang ditutup karena terus merugi.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarahnya. Meskipun industri gula di Pulau Jawa sudah tidak semanis
dulu lagi, setidaknya Pulau Jawa pernah menjadi salah satu lumbung gula dunia.
Sisa kejayaan industri gula pada masa lalu masih bisa kita temui di berbagai
wilayah di Pulau Jawa dengan bangunan-bangunannya yang kokoh. Meskipun bangunan
itu hanyalah saksi bisu kehebatan industri gula masa lalu, namun sebenarnya
bangunan itu ingin mengajak kita untuk meraih kembali masa kejayaan industri
gula yang pernah diraihnya.
Dalam
blog ini akan membahas mengenai sejarah industri gula yang ada di Karesidenan
Surakarta yang pada masa lalu memiliki banyak industri gula. Diharapkan melalui
tulisan di blog ini, sejarah akan kejayaan industry gula dimasa lalu bisa kita
kenang dan abadikan sebagai motivasi untuk terus berkontribusi bagi Bangsa
Indonesia.
link: PABRIK GULA
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium